Makalah Penelitian dan Penulisan Ilmiah
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penelitian adalah semua kegiatan pencarian,
penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk
mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk
mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tigkat ilmu serta teknologi.[1]
Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga
merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking).
Sebenarnya
banyak sekali bentuk dan cara penulisan keilmuan yang dapat kita temui dalam
berbagai pedoman penulisan. Bentuk luarnya bisa berbeda namun jiwa dan
penalarannya adalah sama. Dengan demikian maka yang lebih penting adalah bukan
saja mengetahui teknik-teknik pelaksanaannya melainkan memahami dasar pikiran
yang melandasinya.
Perkembangan
dan pengembangan ilmu pengetahuan mensyaratkan dan memutlakkan adanya kegiatan
penelitian. Tanpa penelitian itu ilmu pengetahuan tidak dapat hidup. Pada
pokoknya kegiatan penelitian merupakan upaya untuk merumuskan permasalahan,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan
tersebut, dengan jalan menemukan fakta-fakta dan memberikan penafsirannya yang
benar. Tetapi lebih dinamis lagi penelitian dilakukan terus menerus untuk memperbaharui
lagi kesimpulan yang telah diketemukan. Tanpa usaha penelitian itu ilmu
pengetahuan akan berhenti, bahkan akan surut ke belakang.
Ilmu
pengetahuan berkembang atas dasar dilakukannya penelitian sedangkan penelitian
masalah bagi suatu penelitian tergantung dari suatu kepentingan tertentu. Maka
sebelum melakukan penelitian perlu diberi kejelasan nilai.
Sejak abad
ke-18, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dan melahirkan teknologi canggih
yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan
telah mengubah sejarah peradaban manusia menjadi lebih modern. Para ilmuan
berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan karena mereka bekerja secara
sistematis, jujur dan disiplin. Mereka mengembangkan semua keterampilan yang
mereka miliki. Keterampilan itu dinamakan keterampilan proses. Seseorang yang
ingin mempelajari sains diharapkan dapat menggunakan dan melatih keterampilan
proses yang dimilikinya sehingga akan terbentuk suatu sikap ilmiah dalam
menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan di alam.
Metode
ilmiah adalah langkah-langkah sistematis dan teratur yang digunakan dalam
rangka mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Metode ilmiah diperlukan dalam
melakukan suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan dan rasa ingin tahu manusia terhadap suatu kejadian atau
gejala alam tertentu. Ilmu pengetahuan terus berkembang karena para ilmuan tak
berhenti mencari tahu dan meneliti mengenai gejala-gejala alam yang terjadi.
Untuk itu dalam makalah ini akan membahas tentang struktur penelitian dan
penulisan ilmiah, teknik penulisan ilmiah, serta teknik notasi ilmiah.
B.
Permasalahan
1. Bagaimana filosofi metode
penelitian?
2. Bagaimana struktur penelitian dan
penulisan ilmiah?
3. Bagaimana teknik penulisan ilmiah?
4. Bagaimana teknik notasi ilmiah?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan memahami filosofi
metode penelitian.
2. Mengetahui dan memahami struktur
penelitian dan penulisan ilmiah.
3. Mengetahui dan memahami teknik
penulisan ilmiah.
4. Mengetahui dan memahami teknik
notasi ilmiah.
BAB
II
PENELITIAN
DAN PENULISAN ILMIAH
A.
Filosofi Metode Penelitian
Setiap kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan selalu
berlandaskan filosofi. Hakikat filosofi ialah kebenaran yang diperoleh melalui
berpikir logis, sistematis dan metodis. Kebenaran merupakan sesuatu yang
didasarkan pada hal yang nyata yang sesuai dengan logika sehat manusia.
Sedangkan berpikir logis merupakan berpikir secara bernalar menurut logika yang
diakui secara ilmu pengetahuan dimana digunakan untuk menyelesaikan suatu
masalah yang terjadi dalam suatu kegiatan sosial masyarakat. Sistematis adalah
berpikir dan berbuat yang beristem, yaitu beruntut dan tidak tumpang tindih.
Metodis adalah berpikir dan berbuat sesuai dengan metode tertentu yang diakui
kebenarannya.[2]
Penelitian merupakan suatu bentuk kegiatan dari proses
sosial yang disusun secara sistematis, logis dan metodes dalam kaitannya untuk
menemukan suatu kebenaran dalam proses sosial tersebut.
Karakteristik dari Metode ilmiah,
antara lain:
1.
Sisetmatis,
artinya bahasan tersusun secara teratur, berurutan menurut sistem.
2.
Logis,
artinya seuai dengan logika, masuk akal benar menurut penalaran.
3.
Empiris,
artinya diperoleh dari pengalaman, penemuan dan pengamatan.
4.
Metodis,
artinya berdasarkan metode yang kebenarannya diakui oleh penalaran.
5.
Umum,
artinya mengeneralisasi meliputi keseluruhan tidak menyangkut yang khusus saja.
6.
Akumulatif,
artinya bertambah secara terus menerus, makin berkembang dan dinamis.
Dasar penelitian sosial ini kaitannya dengan mengapa
dilakukan suatu penelitian atau mengapa terjadi suatu proses meneliti?
1.
Keingintahuan
(Curiousity)
Masyarakat berkembang demikian halnya dengan ilmu sosial
juga berkembang. Namun, perkembangannya belum dapat ditentukan secara pasti
sehingga perlu dilakukan suatu upaya untuk mendapatkan pengetahuan tersebut.
Hal yang mendorong manusia untuk mendapatkan pengetahuan ialah hasrat
keingintahuannya (Curiousity).
2.
Telah
Terjadi Sekulerisasi Alam
Hal yang dimaksud dalam hal ini adalah terjadi suatu
perubahan dalam alam atau berkaitan dengan faktor gangguan yang terjadi pada
alam.
3.
Ditemukannya
berbagai cara utnuk mencari kebenaran
Ada berbagai cara untuk mencari kebenaran yang dapat dirumuskan
sebagai berikut ini: Kebetulan, Trial dan Error, Otoritas, Berdasarkan
pengalaman atau berpikir kritis dan
4.
Metode
penyelidikan ilmiah
Dalam kegiatan penelitian dikenal dua macam pola berpikir
yakni:
a. Pola Berpikir Induktif
Pola berpikir induktif merupakan suatu pola dari proses
menemukan teori baru. Atau suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan yang
bersifat umum dari kasus yang bersifat khusus.
b. Pola berpikir Deduktif
Pola berpikir deduktif merupakan sbuah pola dari penerapan
suatu teori. Atau suatu proses berpikir untuk menarik kesimpulan bersifat
khusus dari pernyataan yang bersifat umum.
Penelitan berasal dari kata teliti yang artinya mempelajari
sesuatu secara teliti dan mendalam. Kegiatan ”meneliti” dan mencoba dengan
kemungkinan gagal (trial and error). Dalam bahasa Inggris penelitian
dikenal dengan istilah research. Definisi Research
adalah: systematic investigation to
establish facts atau a search for
knowledge. Jadi titik tekan suatu penelitian adalah menemukan secara
sistematis fakta-fakta untuk menyusun pengetahuan. Fakta artinya “a concept whose truth can be proved”,
suatu konsep yang membuktikan suatu kebenaran. Sedangkan pengetahuan artinya “the psychological result of perception and
learning and reasoning”, buah dari persepsi, belajar dan pertimbangan yang
sehat secara akal budi.
Kesimpulannya penelitian adalah proses mencari bukti-bukti
kebenaran lewat persepsi, belajar dan berfikir sehingga tertanamlah dalam jiwa
kita suatu keyakinan yang kuat.
Penelitian Ilmiah adalah suatu proses pemecahan masalah
dengan menggunakan prosedur yang sistematis, logis, dan empiris sehingga akan
ditemukan suatu kebenaran. Hasil penelitian ilmiah adalah kebenaran atau
pengetahuan ilmiah.
Penelitian ilmiah yang selanjutnya disebut penelitian atau
riset (research) memiliki ciri sistematis, logis, dan empiris. Sistematis
artinya memiliki metode yang bersistem yakni memiliki tata cara dan tata urutan
serta bentuk kegiatan yang jelas dan runtut. Logis artinya menggunakan perinsip
yang dapat diterima akal. Empiris artinya berdasarkan realitas atau kenyataan.
Jadi penelitian adalah proses yang sistematis, logis, dan
empiris untuk mencari kebenaran ilmiah atau pengetahuan ilmiah.
Adapun ciri-ciri penelitian ilmiah secara ringkas adalah
sistematis, logis dan empiris. Dan lengkapnya Ciri-ciri penelitian ilmiah
adalah sebagai berikut.
1.
Purposiveness
: fokus tujuan yang jelas;
2.
Rigor
: teliti, memiliki dasar teori dan disain metodologi yang baik.
3.
Testibility
: prosedur pengujian hipotesis jelas;
4.
Replicability
: Pengujian dapat diulang untuk kasus yang sama atau yang sejenis;
5.
Objectivity
: Berdasarkan fakta dari data aktual : tidak subjektif dan emosional;
6.
Generalizability
: Semakin luas ruang lingkup penggunaan hasilnya semakin berguna;
7.
Precision
: Mendekati realitas dan confidence peluang kejadian dari estimasi dapat
dilihat;
8.
Parsimony
: Kesederhanaan dalam pemaparan masalah dan metode penelitiannya.
9.
Kaidah
Epistemologis. Epistemologi adalah teori metafisis tentang pengetahuan.
Epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai
pengetahuan. Dalam kerangka epistemology, penelitian ilmiah berkedudukan di
dalam metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan salah satu cabang bahasan
epistemology.[3]
Mari kita lihat struktur metode ilmiah atau langkah-langkah
kegiatan berpikir ilmiah:
1)
penemuan
atau penentuan masalah secara sadar
2)
perumusan
kerangka permasalahan
3)
menyususn
kerangka penjelasan
4)
pengajuan
hipotesis
5)
pengujian
hipotesis
6)
deduksi
dari hipotesis
7)
pembuktian
dari hipotesis
8)
penerimaan
hipotesis menjadi teori ilmiah
Diantara kedelapan kategori di atas manakah yang termasuk penelitian ? Jawabannya, secara substansial, semuanya. Semuanya termasuk suatu penelitian. Adapun penelitian sebagaiamana yang didefinisikan pada penjelasan tentang ciri-ciri penelitan, maka terdapat pada point (5) dan (6) pengujian dan pembuktian hipotesis. Jadi meneliti itu sebenarnya menguji hipotesis. Hipotesis diturunkan, diperoleh, diunduh, disusun, dibangun, di atas khazanah teori-teori ilmiah. Kalau demikian seseorang perlu membaca banyak, sebelum meneliti.
Diantara kedelapan kategori di atas manakah yang termasuk penelitian ? Jawabannya, secara substansial, semuanya. Semuanya termasuk suatu penelitian. Adapun penelitian sebagaiamana yang didefinisikan pada penjelasan tentang ciri-ciri penelitan, maka terdapat pada point (5) dan (6) pengujian dan pembuktian hipotesis. Jadi meneliti itu sebenarnya menguji hipotesis. Hipotesis diturunkan, diperoleh, diunduh, disusun, dibangun, di atas khazanah teori-teori ilmiah. Kalau demikian seseorang perlu membaca banyak, sebelum meneliti.
B.
Struktur Penelitian dan Penulisan
Ilmiah
Apabila mendengar kata “penelitian”, orang sering
membayangkan suatu kesibukan di laboratorium. Seorang ahli sedang asyik
mengamati reaksi zat-zat yang dicampur di tabung reaksi, atau dalam labu didih,
tabung Erlenmeyer atau alat-alat yang serba rumit. Dengan demikian maka
penelitian adalah suatu kegiatan monopoli para ahli.[4]
Memang apa yang dibayangkan orang-orang seperti disebutkan
ini ada betulnya, tetapi tidak seluruhnya betul. Orang-orang di laboratorium
memang sedang melaksanakan penelitian, penyelidikan di dalam bidang Ilmu
Pengetahuan Alam. Akan tetapi penelitian bukan hanya boleh dan dapat dilakukan
di bidang Ilmu Pengetahuan Alam saja, penelitian dapat dilakukan di seluruh
bidang ilmu.[5]
Penelitian
berasal dari bahasa inggris yaitu re dan
search berarti pencarian kembali.
Yang artinya penelitian merupakan proses pengumpulan informasi dengan tujuan
meningkatkan, memodifikasi atau mengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok
penyelidikan. Pada dasarnya riset atau penelitian adalah setiap proses yang
menghasilkan ilmu pengetahuan.[6]
Menurut Emzir, penelitian pada dasarnya adalah suatu
kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan
menerapkan metode ilmiah.[7]
Tujuan usaha ilmiah adalah untuk menjelaskan dan memprediksikan. Tujuan ini
didasarkan pada asumsi bahwa semua perilaku dan kejadian adalah beraturan dan
bahwa semua akibat mempunyai penyebab yang dapat diketahui. Kemajuan ke arah
tujuan ini berhubungan dengan pemerolehan pengetahuan dan pengembangan serta
pengujian teori-teori.
Sedangkan menurut Margono, penelitian adalah semua
kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu
bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip baru yang
bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru dan menaikkan tigkat ilmu serta
teknologi.[8]
Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga
merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa Penelitian
(research) adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan
dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah yang tertentu yang bersifat logis.
Dalam kegiatan penelitian memang mengandung kegiatan yang
sulit dan melelahkan, tetapi penelitian mempunyai tujuan yang hendak dicapai
oleh peneliti. Beberapa tujuan penelitian diantaranya adalah sebagai berikut.
a.
Tujuan penelitian adalah untuk
memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan atau
dapat memecahkan suatu permasalahan.[9]
b.
Mengembangkan dan menjelaskan. Dengan melakukan pengembangan dan
usaha menjelaskan melalui teori yang didukung fakta-fakta penunjang yang ada,
peneliti akan dapat sampai pada pemberian pernyataan sementara yang sering
disebut hipotesis.[10]
Bagi maestro penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan
operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan keilmuan. Demikian juga penulisan
ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi penalaran keilmuan yang dikomunikasikan
lewat bahasa tulisan. Untuk itu mutlak diperlukan penguasaan yang baik mengenai
hakikat keilmuan agar dapat melakukan penelitian dan sekaligus
mengkomunikasikannya secara tertulis. Demikian juga bagi seorang penulis ilmiah
yang baik, tidak jadi masalah apakah hipotesis ditulis langsung setelah
perumusan masalah, asumsi atau prinsip, sebab dia tahu benar hakikat dan fungsi
unsur-unsur tersebut dalam keseluruhan struktur penulisan ilmiah.[11]
Struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan kronologis
mencerminkan kerangka penalaran ilmiah. Pembahasan ini ditujukan bagi mereka
yang sedang menulis tesis, disertasi, laporan penelitian atau publikasi ilmiah
lainnya, dengan harapan agar mereka lebih memahami logika dan arsitektur
penulisan ilmiah. Dengan mengenal kerangka berpikir filsafati maka kita secara
lebih mudah akan menguasai hal-hal yang bersifat teknis.
1.
Pengajuan Masalah
Langkah
pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan masalah. Satu hal yang
harus disadari bahwa pada hakikatnya suatu masalah tidak pernah berdiri sendiri
dan terisolasi dari faktor-faktor lain. Selalu terdapat konstelasi yang
merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu. Secara operasional suatu
gejala baru dapat disebut masalah bila gejala itu terdapat dalam suatu situasi
tertentu.[12]
Dalam
konstelasi yang bersifat situsional inilah maka kita dapat mengidfentifikasikan
objek yang menjadi masalah. Identifikasi masalah merupakan suatu tahap
permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek dalam suatu jalinan
situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah.
Ternyata
identifikasi masalah memberikan kepada kita sejumlah pertanyaan yang banyak
sekali. Dalam kegiatan ilmiah berlaku semacam asas bahwa bukan kuantitas
jawaban yang menentukan mutu keilmuan suatu penelitian melainkan kualitas
jawabannya. Lebih baik sebuah penelitian yang menghasilkan dua atau tiga
hipotesis yang teruji dan terandalkan dari pada sebuah penemuan yang kurang
dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu merupakan pengetahuan ilmiah yang
dikembangkan secara kumulatif di mana setiap permasalahan dipecahkan tahap demi
tahap dan sedikit demi sedikit.
Masalah
ialah kesenjangan antara harapan akan suatu yang seharusnya ada dengan
kenyataan yang ada. Misalnya, kesenjangan antara luapan jumlah lulusan SMA
dengan harapan akan kemampuan Perguruan Tinggi menampung lulusan itu.[13]
Permasalahan
harus dibatasi ruang lingkupnya, pembatasan masalah merupakan upaya untuk untuk
menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk
mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup
permasalahan, dan faktor mana yang tidak.
Perumusan
masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan-pertanyaan
apa saja yang ingin kita carikan jawabannya. Perumusan masalah dijabarkan dari
identifikasi dan pembatasan masalah, atau dengan katalain perumusan masalah
merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci mengenai ruang lingkup
permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan
masalah. Masalah yang dirumuskan dengan baik, berarti sudah setengah dijawab.
Perumusan masalah yang baik bukan saja membantu memusatkan pikiran namun
sekaligus mengarahkan juga cara berpikir kita.
Bagi kita
sendiri sebaiknya logika berpikir ilmiah itulah yang didahulukan dan dengan
demikian maka struktur penulisannya mencerminkan alur jalan berpikir. Jika
postulat, asumsi dan prinsip dipergunakan dalam penyusunan kerangka teoritis
dalam pengajuan hipotesis maka ketiga pikiran dasar tersebut sebaiknya
dinyatakan dalam bagian kajian teoritis itulah diperlukan pernyataan secara
tersurat mengenai pikiran-pikiran dasar yang melandasi kerangka argumentasi
kita.[14]
2.
Penyusunan Kerangka Teoretis
Setelah
masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua dalam metode ilmiah
adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara
terhadap permasalahan yang diajukan.[15]
Hipotesis
penelitian dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang merupakan jawaban
sementara atas masalah yang dirumuskan. Hipotesis merupakan pernyataan yang
dibangun dari teori untuk memprediksi hubungan antara konsep dalam suatu
sistem. Hipotesis dapat diartikan sebagai kesimpulan sementara terhadap masalah
yang diajukan. Dalam kegiatan penelitian, yang dapat menjadi sumber masalah
adalah adanya kesenjangan antara “yang seharusnya terjadi” dengan “yang
sebenarnya terjadi”.[16]
Cara
ilmiah dalam memecahkan persoalan pada hakikatnya adalah mempergunakan pengetahuan
ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita mendapatkan
jawaban yang dapat diandalkan. Hal ini berarti bahwa dalam menghadapi
permasalahan yang diajukan maka kita mempergunakan teori-teori ilmiah sebagai
alat yang membantu kita dalam menemukan pemecahan.
Agar
sebuah kerangka teoritis dapat meyakinkan maka argumuntasi yang disusun
tersebut harus dapat memenuhi beberapa syarat. Pertama, teori-teori yang dipergunakan dalam membangun kerangka
berpikir harus merupakan pilihan dari sejumlah teori yang dikuasai secara
lengkap dengan mencakup perkembangan-perkembangan terbaru.
Pengetahuan
filsafati tentang suatu teori adalah pengetahuan tentang pikiran-pikiran dasar
yang melandasi teori tersebut dalam bentuk postulat, asumsi atau prinsip yang
sering kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar mengajar. Kedua, Analisis filsafati dari
teori-teori keilmuan yang mendasari pengetahuan tersebut dengan pembahasan
eksplisit mengenai postulat, asumsi, dan prinsip yang mendasarinya. Ketiga, mampu mengidentifikasikan
masalah yang timbul sekitar disiplin keilmuan tersebut.
Pada
hakikatnya kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan pada
argumentasi berpikir deduktif dengan mempergunakan pengetahuan ilmiah, sebagai
premis-premis dasarnya. Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai premis dasar
dalam kerangka argumentasi akan menjamin dua hal. Pertama, karena kebenaran pernyataan ilmiah telah teruji lewat
proses keilmuan maka kita merasa yakin bahwa kesimpulan yang ditarik merupakan
jawaban yang terandalkan. Kedua,
dengan mempergunakan pernyataan yang secara sah diakui sebagai pengetahuan
ilmiah maka pengetahuan baru yang ditarik secara deduktif akan bersifat
konsisten dengan tubuh pengetahuan yang telah disusun.[17]
Kerangka
teoritis suatu penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan nengkaji berbagai
teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis. Bahwa produk
akhir dari proses pengkajian kerangka teoritis ini adalah perumusan hipotesis
harus merupakan pangkal dan tujuan dari seluruh analisis.
3.
Metodologi Penelitian
Metodologi berasal dari bahasa Yunani “metodos”
dan "logos," kata metodos terdiri dari dua suku kata
yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan
atau cara. Metode berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan, dan
logos artinya ilmu.[18]
Metodologi
penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu.[19]
Setelah kita berhasil merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari
pengetahuan ilmiah yang relevan maka langkah berikutnya adalah menguji
hipotesis tersebut secara empiris. Artinya kita melakukan verifikasi apakah
pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang diajukan tersebut didukung atau
tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual. Masalah yang dihadapi dalam proses
verifikasi ini adalah bagaimana prosedur dan cara dalam pengumpulan dan
analisis data agar kesimpulan yang ditarik memenuhi persyaratan berpikir
induktif. Penetapan prosedur dan cara ini disebut metodologi penelitian yang
pada hakikatnya merupakan persiapan sebelum verifikasi dilakukan.[20]
Metodologi
adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi penelitian adalah
pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam penelitian. Setiap
penelitian mempunyai metode penelitian masing-masing dan metode penelitian
tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Pada
hakikatnya proses verifikasi adalah mengumpulkan dan menganalisis data dimana
kesimpulan yang ditarik kemudian dibandingkan dengan hipotesis untuk menentukan
apakah hipotesis yang diajukan tersebut ditolak atau diterima. Dengan demikian
maka teknik-teknik yang tergabung dalam metode penelitian harus dipilih yang
bersifat cocok dengan perumusan hipotesis.
4.
Hasil penelitian
Dalam
membahas hasil penelitian tujuan kita adalah membandingkan kesimpulan yang
ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang diajukan.[21]
Secara sistematik dan terarah maka data yang telah di kumpulkan diolah,
deskripsikan, bandingkan dan evaluasi yang semuanya diarahkan pada sebuah
penarikan kesimpulan apakah data tersebut data tersebut mendukung atau menolak
hipotesis yang diajukan.
Hasil
penelitian dapat dilaporkan dalam kegiatan sebagai berikut.
a.
Menyatakan
variabel-variabel yang diteliti
b.
Menyatakan
teknik analisis data
c.
Mendeskripsikan
hasil analisis data
d.
Memberikan
penafsiran terhadap kesimpulan analisis data
e.
Menyimpulkan
pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima.[22]
5.
Ringkasan dan Kesimpulan
Kesimpulan
penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek penelitian yang terdiri
dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi penelitian dan penemuan
penelitian. Sintesis ini membuahkan kesimpulan yang ditopang oleh suatu kajian
yang bersifat terpadu dengan meletakkan berbagai aspek penelitian dalam
perspektif yang menyeluruh. Kesimpulan dapat diperinci ke dalam langkah-langkah
sebagai berikut.
a.
Deskrizpsi
singkat mengenai masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi dan penemuan
penelitian.
b.
Kesimpulan
penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan keseluruhan aspek tersebut di
atas.
c.
Pembahasan
kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap penelitian lain
dan pengetahuan ilmiah yang relevan.
d.
Mengkaji
implikasi penelitian.
e.
Mengajukan
saran.
C.
Teknik Penulisan Ilmiah
Penulisan ilmiah
adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis atau peneliti, berdasarkan
hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya.[23]
Teknik penulisan ilmiah mempunyai
dua aspek yaitu gaya penulisan dalam bentuk pernyataan ilmiah serta teknik
notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam
penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan
proses penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal. Bahasa yang
dipergunakan harus jelas di mana pesan mengenai objek yang ingin
dikomunikasikan mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga
si penerima betul-betul mengerti akan isi pesan yang disampaikan kepadanya.[24]
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Sebuah kalimat yang tidak bisa diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan
mana yang merupakan predikat serta hubungan yang terkait antara subjek dan
predikat kemungkinan besar akan merupakan informasi yang tidak jelas. Dalam
menulis karangan ilmiah penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya
kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang ingin
disampaikan.
Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bahwa
si penerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan prototipe yang
disampaikan sipemberi pesan, seperti fotokopi. Dalam komunikasi ilmiah tidak
boleh terdapat penafsiran yang lain selain isi yang dikandung oleh pesan
tersebut, sedangkan dalam komunikasi estetik sering terdapat penafsiran yang
berbeda terhadap objek komunikasi yang sama, yang disebabkan oleh penjiwaan
yang berbeda terhadap obyek estetik yang diungkapkan. Komunikasi ilmiah memang
tidak ditujukan kepada penjiwaan melainkan kepada penalaran dan oleh sebab itu
harus dihindarkan bentuk pernyataan yang tidak jelas atau bermakna jamak.
D.
Teknik Notasi Ilmiah
Pernyataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan harus
mencakup beberapa hal. Pertama, harus dapat kita identifikasikan orang yang
membuat pernyataan tersebut. Kedua, harus dapat kita identifikasikan media
komunikasi ilmiah dimana pernyataan itu disampaikan apakah itu makalah, buku,
seminar, lokakarya dan sebagainya. Ketiga, harus dapat kita identifikasikan
lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat berdomisili
dan waktu penerbitan itu dilakukan.[25]
Tanda catatan kaki diletakkan di ujung kaliamat yang kita
kutip dengan mempergunakan angka arab yang di ketik naik setengah spasi.
Catatan kaki pada bab di beri nomor urut mulai dari angka 1 sampai habis dan
diganti dengan nomor 1 kembali pada bab yang baru. Satu kalimat mungkin terdiri
dari beberapa catatan kaki sekiranya kalimat itu terdiri dari beberapa kutipan.
Dalam keadaan seperti ini maka tanda catatan kaki diletakkan di ujung kalimat
yang dikutip sebelum tanda baca penutup. Sedangakan satu kalimat yang
seluruhnya terdiri dari satu kutipan tanda catatan kaki diletakkan sesudah
tanda baca penutup kalimat.[26]
Contohnya:
Larrabee
mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan1
sedangakan Richter melihat ilmu sebagai sebuah metode2 dan Conant
mengidentifikasikan ilmu sebagai serangkaian konsep sebagai hasil dari
pengamatan dan percobaan3.
Sekiranya kalimat diatas dijadikan
menjadi tiga buah kalimat yang masing-masing mengandung sebuah kutipan maka
tanda catatan kaki ditulis sesudah tanda baca penutup:
Larrabee mendefinisikan ilmu sebagai pengetahuan yang dapat
diandalkan.1 sedangakan Richter melihat ilmu sebagai sebuah metode.2
Pendapat lain dikemukakan oleh Conant mengidentifikasikan ilmu sebagai
serangkaian konsep sebagai hasil dari pengamatan dan percobaan.3
Kaliamat yang kita kutip harus dituliskan sumbernya secara
tersurat dalam catatan kaki sebagai berikut:
1) Harlod A. Larrabee, Reliable
Knowledge (Boston; Houghton Miffin, 1964). hlm 4.
2) Maurice N. Richter, Jr, Science
as a Cultural Process (Cambridge: Schenkman, 1972). hlm 15.
3) James B Conant, Science and
Common Sense (New Haven: Yale University Press, 1961). hlm 25.
Catatan
kaki ditulis dalam satu spasi dan dimulai langsung dari pinggir, atau dapat
dimulai setelah beberapa ketukan tik dari pinggir, asalkan dilakukan secara
konsisten.
Nama pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang dituliskan
lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang hanya ditulis
nama pengarang pertama di tambah kata et al. (et all: dan
lain-lain).[27]
4) William S. Shakian dan Mabel L.
Sahakian, Realms of Philosophy (Cambridge Schkenkman, 1965).
5) Ralph M. Blake, Curt J. Ducasse and
Edward H. Madden, Theories of Scientific Method (Seattle: the University
of Washington Press, 1966).
6) Sukarno et, al., Dasar-Dasar
Pendidikan Science (Jakarta: Bhratara, 1973).
Kutipan
yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamannya dengan singkatan p
(pagina) atau hlm. (halaman). Sekiranya kutipan itu disarikan dari
beberapa halaman umpamanya dari halaman 1 sampai dengan 5 maka ditulis pp.
1-5 atau hlm. 1-5. Jika nama pengarangnya tidak ada maka langsung
saja dituliskan nama bukunya atau dituliskan Anom. (Anomymous) di depan
nama buku tersebut. Sebuah buku yang diterjemahkan harus ditulis baik pengarang
maupun terjemah buku tersebut sedangkan sebuah kumpulan karangan cukup
disebutkan nama editornya seperti contoh berikut:
7) Rencana Strategi Pendidikan dan
Kebudayaan (Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1976).
8) E.F. Schumacher, Keluar dari
Kemelut, Terjemahan Mochtar Pabotinggi (Jakarta: ILP3ES, 1981).
9) James R. Newman (ed), What is
Science? (New York: Simon and Schuster, 1955).
Sebuah makalah
yang dipublikasikan dalam majalah, koran, kumpulan karangan atau disampaikan
dalam forum ilmiah ditulis dalam tanda kutip yang disertai informasi mengenai
makalah tersebut:[28]
10) Karlina, “Sebuah Tanggapan:
Hipotesis dan Setengah Ilmuan”, Kompas 12 Desember 1981, hlm 4.
11) LiekWilardjo, “Tanggung Jawab Sosial
Ilmuan”, Pustaka, th. III No. 3 April 1979, hlm. 11-14.
12) M. Sastrapratedja, “Perkembangan
Ilmu dan Teknologi dalam Kaitannya dengan Agama dan Kebudayaan”, makalah
disampaikan dalam Kogres Ilmu pengetahuan Nasional (KIPNAS) III, LIPI, Jakarta,
15-19 September 1981.
13) B. Suprapto, “Aturan Permainan dalam
Ilmu-Ilmu Alam”, Ilmu dalam Perspektif, ed. Jujun S. Suriasumantri (Jakarta: Gramedia,
1978) hlm. 129-133.
Pengulangan
kutipan denga sumber yang sama dilakukan dengan memakai notai op. cit. (opera
citato: dalam karya yang telah di kutip), loe. cit. (loco citato:
dalam tempat yang telah dikutip dan ibid. (ibidem: dalam tempat yang sama).
Untuk pengulangan maka nama pengarang tidak ditulis lengkap melainkan cukup
nama familinya saja. Sekiranya pengulangan dilakuakan dengan tidak diselang
oleh pengarang lain maka dipergunakan notasi ibid.[29]
Seperti dalam contoh berikut:
14) Ibid., hlm. 131.
Artinya
kita mengulangi kutipan dari karang B. Suprapto seperti tercantum dalam catatan
kaki nomor 13 meskipun dengan nomor halaman yang berbeda. Sekiranya kita
mengulang kutipan M. Sastrapratedja dalam catatan kaki nomor 12 terhalang oleh
karangan B. Suprapto maka kita tidak menggunakan ibid. malainkan loc. cit.
seperti contoh dibawah ini:[30]
15) Sastrapratedja, loc. cit., hlm 136.
Ulangan
halaman yang berbeda dan telah diselang oleh pengarang lain ditulis dengan
mempergunakan op cit.:
16) Wilardjo, op. cit., hlm 12.
Sekiranya
dalam kitipan kita dipergunakan seorang pengarang yang menulis bebrapa karangan
maka untuk tidak membingungkan sebagai pengganti loc. cit atau op.
cit. dituliskan judul karangannya. Bila judul karangan itu panjang maka
dapat dilakukan penyingkatan selama itu mampu menunjukan identifikasi judul
karangan yang lengkap seperti:
17) Larrabee, Reliable Knowledge, hlm 6.
Kadang-kadang
kita ingin mengutip sebuah pernyataan yang telah dikutip dalam karangan yang
lain. Untuk itu maka kedua sumber itu kita tuliskan sebagai berikut:[31]
18) Robert K. Merton, “The Ambivalence
of Scientist”, hlm. 77-79, di kutip langsung (atau tiadak langsung) oleh
Maurice N. Richter, Jr., Science as a Cultural Process (Cambridge: Schenkman,
1972), hlm. 114.
Semua
kutipan tersebut diatas, baik yang dikutip secara langsung maupun tidak
langsung, sumbernya kemudian kita sertakan dalam daftar pustaka. Hal ini kita
kecualikan untuk kutipan yang tidak kita dapatkan dari sumber kedua sebagaimana
tampak dalam catatan kaki nomor 18. Terdapat perbedaan notasi bagi penulisan
sumber dalam referensi pada catatan kaki dan referensi daftar pustaka. Dalam
catatan kaki maka nama pengarang dituliskan lengkap dengan tidak mengalami
perubahan apa-apa. Sedangakan dalam daftar pustaka nama pengarang harus disusun
berdasarkan abdjad huruf awal nama familinya. Tujuan uatam dari catatan kaki
adalah mengidentifikasikan lokasi yang spesifik dari karya yang dikutip.
Di pihak lain, tujuan utama dari daftar pustaka ialah mengidentifikasikan karya
ilmiah itu sendiri. Untuk itu maka dalam daftar pustaka tanda kurung yang
menbatasi penerbit dan domisili penerbit tersebut dihilangkan dan serta
demikian juga lokasi halaman.[32]
Dengan demikian catatan kaki (CT) nomor 1, 4, 5, 6, 9, 11, dan 13 bila
dimasukakan dalam daftar pustaka (DP) berubah sebagai berikut:
1)
CT : Harold A. Larrabee, Reliable Knowledge
(Boston: Houghton Mifflin,
1964), hlm. 4.
DP : Larrabee, Harold A. Reliable Knowledge.
Boston: Houghton Mifflin,
1964.
4)
CT :
William S. Sahakian dan Mabel L. Sahakian, Realms of Philosophy
(Cambridge: Schenkman, 1965).
DP :
Sahakian, William S., dan Sahakian, Mabel L. Realms
of Philosophy. Cambridge: Schenkman,
1965.
5)
CT :
Ralph M. Blake, Curt J. Ducasse dan Edward H. Madden, Theories of
Scientific Method (Seattle: The
University of Washington Press,
1966).
DP :
Blake, Ralph M., Ducasse, Curt J., dan Edward H. Theories of
Scientific Method. Seattle: The University of
Washington Press, 1966.
6)
CT :
Sukarno et. al., Dasar-dasar Pendidikan Science (Jakarta: Bharata,
1973).
DP :
Sukarno, et. al., Dasar-dasar Pendidikan Science. Jakarta: Bharata,
1973.
9)
CT :
James R. Newman (ed). What is Science? (New York: Simond and
Schuster. 1955).
DP :
Newman, James R. (ed), What is Science? New York: Simond and
Schuster. 1955.
10)
CT :
Liek Wilardjo, “Tanggung Jawab Sosial Ilmuan”, Pustaka, Th. III
No. 3, April 1979, hlm. 11-14.
DP :
Wilardjo, Like. “Tanggung Jawab Sosial Ilmuan”, Pustaka, Th. III
No. 3, April 1979, hlm. 11-14.
13)
CT :
B. Suprapto, “Aturan Permainan dalam Ilmu-ilmu Alam”, Ilmu
dalam Perspektif, ed. Jujun S. Suriasumantri
(Jakarta: Gramedia,
1978), hlm. 129-133.
DP : Suprapto, B. “Aturan
Permainan dalam Ilmu-ilmu Alam”, Ilmu
dalam Perspektif, ed. Jujun S. Suriasumantri,
hlm. 129-133. Jakarta:
Gramedia, 1978.
Daftar
pustaka itu kemudian diurut berdasarkan huruf pertama dari nama family pengarangnya.[33]
Demikian secara singkat telah dibahas salah satu contoh teknik notasi ilmiah
yang biasa dilakukan dalam penulisan ilmiah.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penelitian (research) adalah cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan
dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia.
Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia,
sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan.
Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan
langkah-langkah yang tertentu yang bersifat logis.
Struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan kronologis
mencerminkan kerangka penalaran ilmiah. Pembahasan ini ditujukan bagi mereka
yang sedang menulis tesis, disertasi, laporan penelitian atau publikasi ilmiah
lainnya, dengan harapan agar mereka lebih memahami logika dan arsitektur
penulisan ilmiah. Dengan mengenal kerangka berpikir filsafati maka kita secara
lebih mudah akan menguasai hal-hal yang bersifat teknis. Struktur penulisan dan
penelitian ilmiah yaitu: 1) Pengajuan masalah, 2) penyusunan kerangka teori dan
pengajuan hipotesis, 3) metodologi penelitian, 4) hasil penelitian, dan 5)
ringkasan dan kesimpulan.
Teknik penulisan ilmiah menggunakan bahasa yang jelas di
mana pesan mengenai objek yang ingin dikomunikasikan mengandung informasi yang
disampaikan sedemikian rupa sehingga si penerima betul-betul mengerti akan isi
pesan yang disampaikan kepadanya.
Salah satu teknik notasi ilmiah yang digunakan adalah catatan
kaki (footnote). Catatan kaki adalah
keterangan tambahan yang terletak di bagian bawah halaman dan dipisahkan dari
teks karya ilmiah oleh sebuah garis sepanjang dua puluh ketukan.
B.
Kritik dan Saran
Alhamdulillah kami panjatkan sebagai
implementasi rasa syukur kami atas selesainya makalah Filsafat Ilmu tentang
Penelitian dan Penulisan Ilmiah ini. Namun, dengan selesainya bukan berarti
telah sempurna, karena kami sebagai manusia, sadar bahwa dalam diri kami
tersimpan berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat
mempengaruhi terhadap kinerja kami.
Oleh karena itu, saran serta kritik yang
bersifat membangun dari pembaca sangat kami perlukan guna penyempurnaan dalam
tugas berikutnya dan dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sehingga
kami terus termotivasi ke arah yang lebih baik dan semoga makalah kami ini
bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina
Aksara.
Damayanti, Deni. 2013. Panduan Lengkap Menyususn Proposal, Skripsi, Tesis, Disertasi untuk
Semua Program Studi. Yogyakarta:
Penerbit Araska.
Emzir. 2015.
Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:
Rajawali Pers.
Gunawan, Heri Indra. 2016. Penelitiian dan Penulisan Ilmiah. http://www.gurungapak.com/2016/02/penelitian-dan-penulisan-ilmiah_98.html. diakses pada tanggal 09 Juni 2016 pukul 11:16.
Lyana. 2013. Metodologi
Penelitian. http://lyanasikumbang.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-tujuan-dan-fungsi-penelitian.html. diakses
pada tanggal 02 Juni 2016 pukul 23:03.
Margono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nashrulloh,
Ading. 2009. Filsafat Pendidikan. (https://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/08/04/filsafat-penelitian/. diakses pada tanggal 06 Juni 2016 pukul 20:01.
Noordyah. 2012. Penelitian
dan Penulisan Ilmiah. https://noordyah.wordpress.com/tugas-kuliah/penelitian-dan-penulisan-ilmiah/. diakses
pada tanggal 02 Juni 2016 pukul 23:53.
Sugiyono. 2013. Cara
Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung: Alfabeta.
Suriasumantri, Jujun S. 2013. Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Wikipedia Ensiklopedia Bebas. Metodologi. https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi). diakses pada tanggal 03 Juni 2016 pukul 10:35.
Wicaksana,
Bayu Eka. 2011. Filosofi Metode
Penelitian. http://myminebk.blogspot.co.id/2011/05/filosofi-metode-penelitian.html. diakses pada tanggal 06 Juni 2016 pukul 20:01.
[1]Margono, Metodologi
Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm 1.
[2]Bayu Eka
Wicaksana, Filosofi Metode Penelitian,
(http://myminebk.blogspot.co.id/2011/05/filosofi-metode-penelitian.html, 2011), diakses pada tanggal 06 Juni 2016 pukul 20:01.
[3]Ading
Nashrulloh, Filsafat Pendidikan, (https://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/08/04/filsafat-penelitian/, 2009), diakses pada tanggal 06 Juni 2016 pukul 20:01.
[4]Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu
Pendekatan Praktik, (Jakarta: Bina Aksara, 2013), hlm 1.
[5]Ibid., hlm 1.
[6]Lyana, Metodologi Penelitian, (http://lyanasikumbang.blogspot.co.id/2013/03/pengertian-tujuan-dan-fungsi-penelitian.html, 2013), diakses pada tanggal 02 Juni 2016 pukul 23:03.
[7]Emzir, Metodologi
Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers,
2015), hlm 120.
[8]Margono, Metodologi
Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm 1.
[9]Deni Damayanti,
Panduan Lengkap Menyususn Proposal, Skripsi, Tesis, Disertasi untuk Semua
Program Studi, (Yogyakarta: Penerbit Araska, 2013), hlm 116.
[10]Noordyah,
Penelitian dan Penulisan Ilmiah, (https://noordyah.wordpress.com/tugas-kuliah/penelitian-dan-penulisan-ilmiah/, 2012), diakses pada tanggal 02 Juni 2016 pukul 23:53.
[11]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013), hlm 308.
[14]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013), hlm 316.
[16]Deni Damayanti, Panduan Lengkap
Menyususn Proposal, Skripsi, Tesis, Disertasi untuk Semua Program Studi,
(Yogyakarta: Penerbit Araska, 2013), hlm 72.
[17]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013), hlm 323.
[18]Wikipedia
Ensiklopedia Bebas, Metodologi, (https://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi),
diakses pada tanggal 03 Juni 2016 pukul 10:35.
[19]Sugiyono,
Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan
Disertasi, (Bandung: Alfabeta, 2013), hlm 18.
[20]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013), hlm 328.
[23]Heri
Indra Gunawan, Penelitiian dan Penulisan
Ilmiah, (http://www.gurungapak.com/2016/02/penelitian-dan-penulisan-ilmiah_98.html, 2016),
diakses pada tanggal 09 Juni 2016 pukul 11:16.
[24]Jujun S. Suriasumantri, Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2013), hlm 347.
[25]Deni Damayanti, Panduan
Lengkap Menyususn Proposal, Skripsi, Tesis, Disertasi untuk Semua Program Studi,
(Yogyakarta: Penerbit Araska, 2013), hlm 161.
Komentar
Posting Komentar