Makalah Manajemen Pendidikan


ICT DAN INOVASI PENDIDIKAN
MANAJEMEN PENDIDIKAN


A.           Konsep Manajemen Pendidikan
Manajemen dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata manage yang berarti mengurus, mengatur, melaksanakan, dan mengelola (Badrudin, 2015: 1). Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2007: 742) manajemen diartikan sebagai cara mengelola suatu perusahaan besar. Pengelolaan atau pengaturan dilaksaakan oleh seorang manajer (pengatur/ pemimpin).
Definisi manajemen mengalami perkembangan dari masa ke masa tergantung kebutuhan organisasi, sehingga istilah manajemen yang dikemukakan oleh para ahli sangat beragam. Hikmat (2009: 11) menyatakan bahwa manajemen adalah ilmu dan seNi mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif yang didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Pendapat lain dikemukakan American Society of Mechanical Engineers (Tim Dosen Adpen UPI, 2011: 87) bahwa “management is the art and science of organizing and directing human effort applied to control the focus utilize the materials of nature for the benefit of man” (manajemen adalah ilmu dan seni mengorganisasi dan memimpin usaha manusia, menerapkan pengawasan dan pengendalian tenaga, serta memanfaatkan bahan alam bagi kebutuhan manusia).
Ada dua alasan yang dapat diidentifikasi sehingga pendidikan tetap up to date untuk dikaji. Pertama, kebutuhan akan pendidikan memang pada hakikatnya krusial karena bertautan langsung dengan ranah hidup dan kehidupan manusia. Membincangkan pendidikan berarti berbicara kebutuhan primer manusia. Kedua, pendidikan juga merupakan wahana strategis bagi upaya perbaikan mutu kehidupan manusia, yang ditandai dengan meningkatnya level kesejahteraan, menurunnya derajat kemiskinan dan terbukanya berbagai alternatif opsi dan peluang mengaktualisasikan diri di masa depan (Mahfud: 2009).
Namun dalam tataran ideal, pergeseran paradigma yang awalnya memandang lembaga pendidikan sebagai lembaga sosial, kini dipandang sebagai suatu lahan bisnis basah yang mengindikasikan perlunya perubahan pengelolaan. Perubahan pengelolaan tersebut harus seirama dengan tuntutan zaman.
Perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang professional dan  biaya pendidikan yang mahal. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.
Penyelesaian masalah pendidikan tidak semestinya dilakukan secara terpisah-pisah, tetapi harus ditempuh langkah atau tindakan yang sifatnya menyeluruh. Artinya, kita tidak hanya memperhatikan kepada kenaikkan anggaran saja. Sebab percuma saja, jika kualitas sumber daya manusia dan mutu pendidikan di indonesia masih rendah. Dengan kondisi tersebut, bila tidak ada perubahan kebijakan yang signifikan, sulit bagi bangsa ini keluar dari masalah-masalah pendidikan yang ada, apalagi bertahan pada kompetisi di era global.

1.             Pengertian Manajemen Pendidikan
Pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teori dan praktik yang berkembang dalam kehidupan. Semakin tinggi cita-cita manusia semakin menuntut. Peningkatan mutu pendidikan sebagai sarana mencapai cita-citanya. Akan tetapi di balik itu, semakin tinggi cita-cita yang hendak diraih, makan semakin kompleks jiwa manusia itu, karena di dorong oleh tuntutan hidup (rising demands) yang meningkat pula (Arifin dan Aminudin, 1997: 2).
Pendidikan merupakan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia, mulai dari perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan iman (Pidarta, 2013: 2). Berarti pendidikan membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dari kehidupan alamiah menjadi berbudaya.
Proses pendidikan tidak terlepas dari faktor psikologis, fisik manusia dan pengaruh faktor lingkungan. Proses pendidikan harus berpegang pada petunjuk-petunjuk para ahli psikologi, terutama psikologi pendidikan, perkembangan dan psikologi agama (Rusmaini, 2011: 1). Dengan demikian, proses pendidikan akan berlangsung secara sistematis dan terorganisir dengan baik.
Menurut Crow and Crow sebagaimana dikutip Nanang Fattah (2011: 5), modern educational theory and practise not only are aimed at preparation for future living but also are operative in determining the patern of present, day-by-day attitude and behavior. Pendidikan tidak hanya dipandang sebagai sarana untuk persiapan hidup yang akan datang, tetapi juga untuk kehidupan sekarang yang dialami individu dalam perkembangannya menuju ke tingkat kedewasaannya.
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang berlangsung dalam segala linkungan dan seumur hidup untuk mengembangkan potensi diri.
Manajemen pendidikan berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pendidikan, jadi sebelum kita labih lanjut membahas tentang apa itu manajemen pendidikan, maka terlebih dahulu kita tau makna perkata dari manajemen pendidikan itu sendiri. Johnson 1973 mendefinisikan menejemen itu adalah peroses mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan (Pidarta, 2004: 3).
Driyarkara (1980) mengatakan pendidikan itu adalah memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ketaraf mendidik. Kemudian Dalam dictionary of education dinyatakan bahwa pendidikan adalah proses seorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan tingkah laku lainnya didalam masyarakat tempat mereka hidup (Fattah, 2011: 4). Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen pendidikan adalah sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2.             Fungsi Manajemen Pendidikan
Jika fungsi manajemen yang dikemukakan semua ahli digabugkan, maka terdapat beberapa fungsi, yaitu:
a.             Planning
Pemabatasan yang kompleks merumuskan perencanaan sebagai penetapan apa yang harus dicapai, bila hal itu dicapai, siapa yang bertanggung jawab, dan mengapa penetapan harus dicapai (Badrudin, 2015: 15).
b.             Organizing
Organizing adalah pengelompokan kegiatan yang diperlukan yaitu penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi. Organizing dapat pula dikatakan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berguna dan berhasil dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Badrudin, 2015: 15).
c.             Forecasting
Forecasting adalah kegiatan meramalkan, mengadakan taksiran terahdap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dapat dilakuakan.


d.            Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen yang berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi dan pengembangannya sampai dengan usaha agar petugas memberi daya guna maksimal kepada organisasi (Badrudin, 2015: 16).
e.             Directing
Merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi-instruksi kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan tersebut, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
f.             Leading
Leading adalah pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan orang-orang lain bertindak. Leading terdiri atas lima macam kegiatan, yaitu: mengambil keputusan; mengadakan komunikasi agar ada bahasa yang sama antara manajer dan bawahan; memberi semangat inspirasi dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak; memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya; memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka trampil dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
g.             Coordinating
Coordinating adalah salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubung-hubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan-pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerjasama yang terarah dalam usaha mencapai tujuan bersama atau tujuan organisasi. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai maksud, antara lain: memberi instruksi, memberi perintah; mengadakan pertemuan-pertemuan yang dapat memberi penjelasan-penjelasan; memberi bimbingan atau nasihat; mengadakan coaching; bila perlu memberi teguran.
h.             Motivating
Motivating atau pendorongan kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang dikehendaki oleh atasan tersebut.
i.               Controlling
Controlling atau pengawasan, sering disebut pengendalian, adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang sedang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud tercapai tujuan yang sudah digariskan.
j.               Reporting
Reporting atau pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi, baik secara lisan maupun tertulis sehingga dalam penerimaan laporan dapat memperoleh gambaran pelaksanaan tugas terhadap orang yang memberi laporan.

3.              Unsur-Unsur Manajemen dalam Pendidikan
Manajemen sebagai suatu sistem tidak bergerak statis, melainkan secara dinamis fungsional mensinergikan unsur-unsur pendukung dalam rumusan planning, organizing, actuating, dan motivating, plus controling. Sistem ini tidak bisa dipisah satu sama lain yang merupakan syarat dan rukunnya.
a.             Planning (Perencanaan)
Perencanaan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai atau diraih dimasa depan (Tim Dosen Adpen UPI, 2011: 93). Sebagaimana halnya fungsi-fungsi manajemen lainnya, istilah perencanaan (Planing) juga mempunyai bermacam batasan sesuai dengan pendapat para ahli manajemen. Perencanaan tidak lain adalah pemilihan fakta-fakta dan usaha menghubungkan antara fakta satu dengan fakta lainnya, kemudian membuat perkiraan dan peramalan tentang keadaan dan perumusan tindakan untuk masa yang akan datang yang sekiranya diperlukan untuk mencapai hasil yang dikehendaki.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa perencanaan mempunyai pokok pengertian yaitu suatu proses kegiatan pemikiran yang sistematis mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode, pelaksanaan (tenaga) yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan. Semua aspek ini dirumuskan secara rasional dan logis (Burhanudin, 1994: 167).
Islam mengajarkan bahwa dalam setiap pekerjaan dimulai dengan niatan yang baik (anniyah al-shalihah), niat yang baik ini harus diwujudkan berbentuk program atau berniat untuk melakukan sesuatu. Perencanaan dapat dimulai dengan niat yang baik sebagai rencana matang melalui langkah-langkah program prioritas yaitu, tentang apa yang akan dicapai, kemudian membuat pedoman kerja, garis-garis yang akan dituju sebagai persiapan-persiapan dari pada pelaksanaan suatu tujuan.
Mengenai kewajiban untuk membuat perencanaan yang teliti ini, banyak terdapat dalam al-Qur’an baik secara dlohir ataupun kinayah agar sebelum melakukan tindakan sesuatu haruslah dengan perencanaan (Atiqullah, 2010: 25).

b.             Organizing (Pengorganisasian)
Ada dua batasan yang perlu dikemukakan disini, yakni istilah “organization” sebagai kata benda dan “organizing” (pengorganisasian) sebagai kata kerja (Burhanudin, 1994: 192). Pengorganisasian adalah proses mengatur, mengalokasikan dan mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi (Tim Dosen Adpen UPI, 2011: 94).
Disamping itu, dalam mengorganisasi tugas tidak bisa melepaskan tiga hal berikut: 1) mengenalkan dan mengelompokkan kerja; 2) mengatur dan melimpahkan tanggung jawab serta wewenang; 3) mengatur hubungan kerja, didalam membagi tugas sebagaimana mengorganisasi diatas seorang pemimpin sebaiknya mempertimbangkan potensi dan kompetensi sumber daya manusianya, karena setiap manusia mempunyai kapasitas masing-masing.

c.             Motivating (Pemotivasian)
Daya pemotivasian dalam manjemen merupakan kemampuan manajer dalam suatu organisasi untuk memberikan kegairahan, kegiatan, pengertian, sehingga orang lain mau memberikan dukungan dan bekerja dengan sukarela untuk mencapai tujuan organisasi sesuai dengan beban dan kapasitas yang diberikan.

d.            Actuating (Penggerakan)
Actuating atau menggerakkan agar orang-orang dalam organisasi beraktivitas dan agar mereka mau serta sukarela bekerja dalam rangka menyelesaikan tugas demi tujuan kolektif.
Disini pemimpin berusaha agar staffing berperilaku desentralistik dalam arti membagi dan menerima wewenang sesuai posisi dan tidak semata-mata menerima perintah atau memerintah, melainkan saling bergerak dalam menyelesaikan tugasnya.



e.             Controlling (Pengawasan)
Didalam pelaksanaannya, pengawasan sebenarnya terdiri dari usaha mengamati segala sesuatu yang terjadi apakah sudah berjalan sesuai dengan rencana, petunjuk dan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan (Burhanudin, 1994: 251).

4.             Manajemen Pendidikan dalam Proses Pencapaian Tujuan Pendidikan
Untuk menuju point education change (perubahan pendidikan) secara menyeluruh, maka manajemen pendidikan adalah hal yang harus diprioritaskan untuk kelangsungan pendidikan sehingga menghasilkan out-put yang diinginkan. Walaupun masih terdapat institusi pendidikan yang belum memiliki manajemen yang bagus dalam pengelolaan pendidikannya.
Jika manajemen pendidikan sudah tertata dengan baik dan membumi, niscaya tidak akan lagi terdengar tentang pelayanan sekolah yang buruk, minimnya profesionalisme tenaga pengajar, sarana-prasarana tidak memadai, pungutan liar, hingga kekerasan dalam pendidikan.
a.             Planning
Dalam konteks lembaga pendidikan, untuk menyusun kegiatan lembaga pendidikan, diperlukan data yang banyak dan valid, pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang yang berkaitan dengan hal yang direncanakan. Oleh karena itu kegiatan perencanaan sebaiknya melibatkan setiap unsur lembaga pendidikan tersebut dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.

b.             Organizing
Dalam konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan salah satu aktivitas manajerial yang juga menentukan berlangsungnya kegiatan kependidikan sebagaimana yang diharapkan. Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi memiliki berbagai unsur yang terpadu dalam suatu sistem yang harus terorganisir secara rapih dan tepat, baik tujuan, personil, manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang, metode, fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan sosial budaya.

c.              Actuating
Dalam konteks lembaga pendidikan, kepemimpinan pada gilirannya bermuara pada pencapaian visi dan misi organisasi atau lembaga pendidikan yang dilihat dari mutu pembelajaran yang dicapai dengan sungguh-sungguh oleh semua personil lembaga pendidikan. Soetopo dan Soemanto (1982) menjelaskan bahwa kepemimpinan pendidikan ialah kemampuan untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan pendidikan secara bebas dan sukarela.
Di dalam kepemimpinan  pendidikan sebagaimana dijalankan pimpinan harus dilandasi konsep demokratisasi, spesialisasi tugas, pendelegasian wewenang, profesionalitas dan integrasi tugas untuk mencapai tujuan bersama yaitu tujuan organisasi, tujuan individu dan tujuan pemimpinnya.

d.             Controlling
Sebagaimana yang dikutif Muhammad Ismail Yusanto (2003), Mockler (1994) mendifinisikan pengawasan sebagai suatu upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan perencanaan untuk mendesain sistem umpan balik informasi; untuk membandingkan prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; menentukan apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut; dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumberdaya telah digunakan dengan cara yang paling efekif dan efisien guna tercapainya tujuan perusahaan. Dalam konteks pendidikan,



DAFTAR PUSTAKA

Arifin dan Aminudin. 1997. Dasar-dasar Pendidikan. Jakarta: Ditjen Bimbaga Islam.
Atiqullah. 2010. Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan Islam. Pamekasan: STAIN Pamekasan Press.
Badrudin. 2015. Dasar-dasar Manajemen. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Burhanudin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Fattah, Nanang. 2011. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hikmat. 2009. Manajemen Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Mahfud, Dede. 2009. Pentingnya Manajemen dalam Pengelolaan Pendidikan. https://mpiuika.wordpress.com/2009/11/03/makalah-diskusi-mpi-kelompok-3/. Diakses pada tanggal 15 November 2016 Pukul 21.15.
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Pidarta, Made. 2013. Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Balai Pustaka.
Rusmaini. 2011. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2011. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Perilaku Individu dan Kelompok dalam Organisasi

Makalah Supervisi Pendidikan

Makalah Latar Belakang dan Tujuan Pendidikan, serta Social Demand Approach