Makalah Ilmu Kewirausahaan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan
dapat menolong manusia menjadi lebih baik. Pendidikan yang paling cocok adalah
pendidikan yang mampu memberikan suatu bekal minimum kepada peserta didik,
sehingga mereka tidak harus lagi tercekam oleh pola berpikir mencari kerja.
Pendidikan yang dapat memberikan bekal berupa kemampuan menciptakan kerja atau
mandiri. Untuk mampu menciptakan kerja diperlukan latihan mengenal dan
menguasai kesempatan. Melalui program pendidikan dan latihan, membiasakan cara
berpikir dan bersikap mental maju. Keahlian yang diperlukan terutama keahlian
mengurus atau menyelesaikan sesuatu, menawarkan sesuatu, dan keahlian tertentu
termasuk penguasaan bahasa asing tertentu.[1]
Latihan
kewirausahaan menyangkut keimanan, jiwa dan semangat, sikap mental dan watak
kepribadian, daya pikir kreatif, risiko dan persaingan, kemampuan meyakinkan,
kepengurusan (manajemen), serta keterampilan usaha.[2]
Pendidikan kewirausahaan merupakn bekal minimum yang patut dimiliki dan
diberikan kepada setiap manusia Indonesia agar dalam kehidupan sehari-harinya
lambat laun dapat mencapai keerhasilan yang maksimal melalui pengalamannya. Pendidikan
kewirausahaan secara bertahap dapat membendung kebiasaan meminta dan lebih
membekali dengan kebiasaan memberi.
Dewasa ini
banyak orang yang belum mendapatkan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi hal tersebut, diantaranya adalah
minimnya pendidikan yang dimiliki, tidak memiliki keterampilan yang cukup,
sempitnya lapangan pekerjaan, serta kurang adanya perhatian dari pemerintah
untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka.
Sebagai
generasi penerus bangsa harus mampu menciptakan peluang usaha agar tidak
menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Para pemuda harus memiliki pola
pikir yang dinamis dan kreatif dalam upaya meminimalisir adanya krisis ekonomi
dan berusaha untuk mengembangkan kewirausahaan dalam rangka mensejahterakan
masyarakat.[3]
Sebelum
seseorang memulai atau menciptakan suatu usaha, haruslah memiliki konsep dasar
tentang kewirausahaan agar usaha yang akan dirintis berjalan lancar dan dapat
mengatasi problematika yang terjadi sekarang ini. Konsep dasar kewirausahaan
merupakan titik awal dalam memulai suatu usaha dan juga menentukan berhasil
tidaknya usaha yang dirintis. Selain itu, dengan berwirausaha seseorang akan
berusaha mandiri, kreatif, dan inovatif agar usahanya dapat diterima di
masyarakat. Dengan demikian kami berharap generasi muda lebih termotivasi untuk
kreatif, inovatif untuk menciptakan sebuah usaha yang dapat membangun
perekonomian negara lebih baik dari sebelumnya.
B.
Permasalahan
1.
Bagaimana ruang lingkup disiplin ilmu kewirausahaan?
2.
Bagaimana objek studi kewirausahaan?
3.
Bagaimana hakikat kewirausahaan?
4.
Bagaimana karakteristik dan nilai-nilai kewirausahaan?
5.
Bagaimana proses kewirausahaan?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup disiplin
ilmu kewirausahaan.
2.
Untuk mengetahui dan memahami objek studi
kewirausahaan.
3.
Untuk mengetahui dan memahami hakikat kewirausahaan.
4.
Untuk mengetahui dan memahami karakteristik dan
nilai-nilai kewirausahaan .
5.
Untuk mengetahui dan memahami proses kewirausahaan.
BAB II
ILMU KEWIRAUSAHAAN
A.
Disiplin Ilmu Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan terjemahan
dari kata Inggris entrepreneurship. Entrepreneurship
pada mulanya merupakan konsep yang dikembangkan dalam tradisi sosiologi dan
psikologi.[4]
Ilmu
kewirausahaan merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang
nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin
dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W. Zimmerer
(1996), kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis
penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di
pasar.
Dahulu,
kewirausahaan adalah urusan pengalaman langsung di lapangan. Sebab itu
kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir, sehingga kewirausahaan tidak dapat
dipelajari dan diajarkan. Sekarang kewirausahaan bukan hanya bakat bawaan sejak
lahir atau urusan lapangan, tapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.
Sejalan dengan
tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang wajar dan
perubahan ke arah globalisasi yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan
persaingan, maka dewasa ini
sedang terjadi
perubahan paradigma pendidikan. Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan
sebagai suatu displin ilmu tersendiri yang independen.[5] Hal itu menurut
Soeharto Prawirokusuma (1997) dikarenakan sebagai berikut.
1)
Kewirausahaan berisi “body of
knowledge” yang utuh dan nyata (distinctive), yaitu ada teori,
konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2)
Kewirausahaan memiliki dua konsep,
yaitu posisi “venture start-up” dan “venture-growth”, ini tidak
jelas masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang memisahkan antara
manajemen dan kepemilikan usaha.
3)
Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu
yang memiliki objek tersendiri.
4)
Kewirausahaan merupakan alat untuk
menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan.[6]
Disiplin ilmu kewirausahaan
dalam perkembangannya mengalami evolusi yang pesat, yaitu berkembang bukan
hanya pada dunia usaha semata melainkan juga pada berbagai bidang seperti
bidang industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi-institusi
lainnya, misalnya birokrasi pemerintah, perguruan tinggi, dan swadaya lainnya.
Pada mulanya, kewirausahaan berkembang dalam bidang perdagangan. Dalam
bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti dalam
menciptakan perubahan, pembaharuan, dan kemajuan. Kewirausahaan
tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka pendek tapi juga
sebagai kiat kehidupan secara umum yang berjangka panjang untuk menciptakan
peluang.
B.
Objek
Studi Kewirausahaan
kewirausahaan
mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan prilaku seseorang dalam berkreasi dan
berinovasi. Oleh karena itu, objek studi kewirausahaan adalah niali-nilai dan
kemampuan (ability) seseorang yang
diwujudkan dalam bentuk prilaku. Menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam Suryana
(2003), kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:
1)
Kemampuan merumuskan tujuan hidup/
usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup perlu adanya perenungan, koreksi, yang
kemudian berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi
kemauannya.
2)
Kemampuan memotivasi diri untuk
melahirkan suatu tekad kemauan yang
menyala-nyala.
3)
Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu
menegrjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang
dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.
4)
Kemampuan ntuk membentuk modal uang atau
barang modal (capitals good).
5)
Kemampuan tuntuk mengatur waktu dan
membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakannya dengan tidak
selalu menunda pekerjaan.
6)
Kemampuan mental yang dilandasi dengan
agama.
7)
Kemampuan untuk membiasakan diri dalam
mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun buruk.[7]
C.
Hakikat Kewirausahaan
Secara
sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani
mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani
mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa
diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.[8]
Ada dua
pendapat tentang pengertian kewirausahaan, yaitu Peter F. Drucker mengatakan
bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan adalah
orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, atau mampu
menciptakan sesuatu yang berbeda dengan sesuatu yang sudah ada sebelumnya.
Sementara itu Zimmerer mengartikan
kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).[9]
Dari kedua
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Seorang wirausahawan harus
memilki kemampuan yang kreatif dan inovatif dalam menemukan dan menciptakan
berbagai ide.
Kegiatan
wirausaha dapat dijalankan sesorang atau sekelompok orang. Dengan kata lain seseorang baik
secara pribadi maupun bergabung dengan orang lain dapat menjalankan kegiatan
usaha atau membuka usaha. Secara pribadi artinya membuka perusahaan dengan
inisiatif dan modal seorang diri.
Sementara itu berkelompok adalah secara bersama-sama dua orang atau lebih
dengan cara masing-masing menyetor
modal dalam bentuk uang atau keahliannya. Jadi, untuk berwirausaha dapat
dilakukan dengan cara,
yaitu: 1) memiliki modal sekaligus menjadi pengelola, 2) menyetor modal
dan pengelolaan ditangani pihak mitra, 3) hanya menyerahkan tenaga namun
dikonversikan ke dalam bentuk saham sebagai bukti kepemilikan usaha.[10]
Dewasa ini
belum ada terminologi yang persis sama tentang kewirausahaan. Kewirausahaan
pada hakikatnya adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan
dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif. Kewirausahaan
merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian, dan keberanian
menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara
usaha baru. Dari beberapa konsep kewirausahaan, ada enam hakikat penting
kewirausahaan, yaitu:
1)
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang
diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak,
tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.
2)
Kewirausahaan adalah suatu kemampuan
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
3)
Kewirausahaan adalah suatu proses
penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan
peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
4)
Kewirausahaan adalah suatu nilai yang
diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan
usaha (verture growth).
5)
Kewirausahaan adalah suatu proses dalam
mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative)
yang bermanfaat memberikan nilai lebih.
6)
Kewirausahaan adalah usaha menciptakan
nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru
dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan
keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat definisikan sebagai
suatu kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya,
proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang
dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko.
D.
Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan
Banyak para ahli yang mengemukakan
karakteristik kewirausahaan dengan berbagai konsep yang berbeda-beda. Dalam
Islam karakteristik wirausaha antara lain: 1) sifat takwa, tawakkal, zikir dan
syukur; 2) jujur; 3) bangun Subuh dan bekerja; 4) toleransi; dan 5) berzakat
dan berinfaq.[11]
Masing-masing karakteristik
kewirausahaan memiliki
makna dan perangi tersendiri yang disebut
nilai. Nilai-nilai kewirausahaan identik dengan sistem nilai yang melekat pada
sistem nilai manajer. Ada
empat nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing sebagai berikut:
1)
Wirausaha
yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-cirinya pengambilan
risiko, terbuka terhadap teknologi, dan mengutamakan materi.
2)
Wirausaha
yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk mengejar materi. Wirausaha
ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab, pelayanan, sikap positif dan
kreativitas.
3)
Wirausaha
yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan yang sudah ada,
misalnya dalam perhitungan usaha dengan kira-kira, sering menghadap ke arah
tertentu (aliran fengshui) supaya berhasil.
4)
Wirausaha
yang berorientasi pada non meteri, dengan bekerja berdasarkan kebiasaan,
wirausaha model ini biasanya tergantung pada pengalaman, berhitung dengan
mengunakan mistik, paham etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.
Wirausaha selalu berkomitmen dalam
melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan
pekerjaannya. Karena itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum
pekerjaannya berhasil. Tindakannya tidak didasari oleh spekulasi melainkan
perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya
karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil
resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung oleh komitmen yang
kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai
memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan objektif, dan
merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya. Dengan
semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang
selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya bukan tujuan
akhir.
Beberapa ciri kewirausahaan yang
dikemukakan oleh para ahli seperti di atas, secara ringkas dikemukakan oleh
Vernon Musselman (1989:155), Wasty Sumanto (1989), dan Geoffey Meredith (1989: 5)
dalam bentuk ciri-ciri berikut.
1)
Keinginan
yang kuat untuk berdiri sendiri.
2)
Kemampuan
untuk mengambil resiko.
3)
Kemampuan
untuk belajar dari pengalaman.
4)
Memotivasi
diri sendiri.
5)
Semangat
untuk bersaing.
6)
Orientasi
pada kerja keras.
7)
Percaya
pada diri sendiri.
8)
Dorongan
untuk berprestasi.
9)
Tingkat
energi yang tinggi.
10)
Tegas.
11)
Yakin
pada kemampuan sendiri.
Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki
ciri-ciri tertentu pula. Dalam “Entrepreneurship and Small Enterprise
Development Repor” (1986) yang dikutip oleh M. Scarborough dan Thomas W.
Zimmerer (1993:5) dikemukakan beberapa karakteristik kewirausahaan yang
berhasil, di antaranya memiliki ciri-ciri:
a)
Proaktif,
yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).
b)
Berorientasi
pada prestasi yang tercermin dalam pandangan dan bertindak (sees and acts)
terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan,
berencana, dan mengutamakan monitoring.
c)
Komitmen
kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis.[12]
Keberhasilan atau kegagalan
wirausaha sangat dipengaruhi juga oleh sifat dan kepribadian seseorang. The
officer of Advocacy of Small Business Administration (1989) yang dikutip
oleh Dan Steinhoff dan John F Burgess (1993:37) mengemukakan bahwa
kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian. Menurut
Ahmad sanusi (1994) ada beberapa kecenderungan profil pribadi wirausaha yang
dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, di antaranya:
1)
Tidak
menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/ tetap/ sudah teratur/ diatur dan
jelas. Ia selalu bosan dengan kegiatan rutin sehingga timbul harapan-harapan
dan keinginan untuk selalu berubah, ada tambahan, pengayaan, atau perbaikan
mutu (nilai tambah yang berbeda).
2)
Makin
berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap kemandirian atau prakasa
atas nama sendiri.
3)
Suka
berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas serta memperkenalkan
hasil-hasilnya kepada pihak lain.
4)
Menyatakan
suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan dikembangkan, serta dapat
dipertanggungjawabkan dari beberapa sudut. Prakarsa dianggap tidak final,
bahkan terbuka untuk modifikasi dan perubahan.
5)
Sikap
hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama dengan pihak lain yang
sama-sama mencari kemajuan dan keuntungan. Akan tetapi, jika perlu, ia harus
ada kesiapan untuk bersaing.
6)
Ujian,
godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap tantangan untuk
mencari berbagai ikhtiar.
E.
Proses
Kewirausahaan
Menurut
Attie Srie Sulastri (2008), pengembangan kewirausahaan diawali dari proses
sebagai berikut.
1)
Proses Inovasi
Faktor yang mendorong terjadinya
inovasi, yaitu keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan
menanggung resiko, dan pengalaman. Adapun hubunga antara inovasi dan
kewirausahaan adalah:
a.
Inovasi
dan Kreativitas, Seorang pakar ekonomi pada zaman klasik yaitu Jean Baptise Say
menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang mampu memindahkan sumber
daya yang kurang produktif menjadi
sumberdaya yang produktif sehingga memberi nilai ekonomis.[13]
b.
Inovasi
dan Kerja Keras, Thomas Alfa Edison mengembangkan bahwa inovasi itu terdiri 1%
inspirasi dan 99% keringat. Untuk mencapai keberhasilannya maka ia harus
bekerja keras siang dan malam sehingga menemukan lampu. Dalam tahap menuju
realisasi gagasan tersebut kemungkinan kita akan menghadapi respon atau
komentar negative dari orang sekeliing kita, kemungkinan lain adalah kegagalan
yang kita hadapi bertubi-tubi, sehingga kita berpikir bahwa memang tidak
mungkin mewujudkan yang ada tersebut tidak boleh membuat kita patah semangat.
c.
Inovasi
dan Prestatif , Seorang yang inovatif biasanya sekaligus orang yang prestatif.
Ia selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam segala situasi. Orang yang
prestatif sangat menyukai persaingan sehat. Persaingan membuat orang selalu
berpikir tentang apa yang dapat dilakukan untuk menjadi yang terbaik. Gagasan-gagasan
besar belum pernah dipikirkan orang sebelumnya akan menjadikan sebagai pioner
dan berdiri paling depan.[14]
2)
Proses Pemicu
Faktor yang mendorong
seseorang terjun ke dunia bisnis yaitu adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan
yang ada, terjadinya pemutusan hubungan kerja, keberanian menanggung resiko,
dan komitmen yang tinggi terhadap bisnis. Kewirausahaan diwali dengan adanya
inovasi, didukung, oleh kejadian pemicu, diimplementasikan, dan akhirnya tumbuh
dan berkembang. Orang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat
menggabungkan nilai, sifat utama (pola sikap), dan perilaku dengan bekal
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan praktis.
3)
Proses Pelaksanaan
Faktor yang mnedorong
pelaksanaan dai sebuah bisnis yaitu kesaiapan mental wirausaha seara total,
adanya manager sebagai pelaksana kegiatan, dan adanya visi jauh kedepan untuk
mencapai keberhasilan.
4)
Proses Pertumbuhan
Proses pertumbuhan didorong factor organisasi,yaitu
adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha, adanya strategi yang mantap,
adanya struktur dan budaya organisasi yang baik dan adanya produk yang menjadi
unggulan.
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha terdiri
dari:
a.
Tahap Memulai
Tahap ini dimana seseorang yang berniat untuk
melakukan usaha mempersiapkan segala seuatu yang diperlukan,di awali dengan
melihat peluang usaha baru yang mungkin,apakah membuka usaha baru atau
melakukan franchising. Juga memilih usaha yang akan dilakukan apakah di bidang
pertanian,industri atau manufaktur, maupun produksi atau jasa.
b.
Tahap
melaksanakan usaha
Tahap ini seseorang wirausahawan mengelola berbagai
aspek yang terkait dengan usahanya. Mencakup aspek-aspek: Pembiayaan, SDM,
Kepemilikan, Organisasi, Kepemimpinan yang meliputi bagaimana pengambilan
resiko dan mengambil keputusan pemasaran dan melakukan evaluasi.
c.
Mempertahankan
usaha
Tahap ini dimana wirausahawan berdasarkan hasil yang
telah dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
d.
Mengembangkan
usaha
Tahap
dimana jika hasil yang diperoleh tergolong psitif atau mengalami perkembangan
atau dapat bertahan maka perluasan usaha yang menjadi salah satu pilihan yang
mungkin di ambil.[15]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kewirausahaan (Entrepreneurship)
adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam
kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih
baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah
penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Pada dasarnya semua manusia dipaksa
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing dan melalui usaha yang mereka
jalankan itu artinya mereka telah memenuhi kebutuhannya masing-masing. Dahulu
mungkin kata kewirausahaan dikhususkan bagi mereka yang mempunyai bakat sejak
lahir dalam berwirausaha dan yang mempunyai pengalaman lapangan langsung dan
tidak bias dipelajari atau diajarkan. Tetapi paradigma saat ini tidak lagi
seperti itu. Kewirausahaan bukanlah bakat bawaan sejak lahir maupun pengalaman
lapangan langsung. Tetapi lebih tepatnya sesuatu yang harus dimiliki oleh
setiap manusia dapat dipelajari dan juga diajarkan.
Dengan demikian setiap orang berhak
untuk memperbaiki hidupnya dengan berbagai ide kreatif dan inovatif yang
diaplikasikan dalam sebuah usaha yang nyata. Penting mengetahui ilmu
kewirausahaan dalam kehidupan kita, karena bertujuan untuk merubah kehidupan
perekonomian menjadi lebih baik karena bagaimanapun kesuksesan sebuah Negara
diukur dari segi kehidupan perekonomian masyarakatnya itu sendiri dan telah
tertulis jelas pula dalam Al-Qur’an
bahwa” sesungguhnya Allah tidak
akan menggubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang
ada pada diri mereka” (QS. Ar-Ra’d: 11)
B.
Kritik dan Saran
Alhamdulillah kami panjatkan sebagai
implementasi rasa syukur kami atas selesainya makalah Entrepreneurship and Innovation Management tentang Disiplin Ilmu
Kewirausahaan ini. Namun, dengan selesainya bukan
berarti telah sempurna, karena kami sebagai manusia, sadar bahwa dalam diri
kami tersimpan berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya
sangat mempengaruhi terhadap kinerja kami.
Oleh karena
itu, saran serta kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami
perlukan guna penyempurnaan dalam tugas berikutnya dan dijadikan suatu
pertimbangan dalam setiap langkah sehingga kami terus termotivasi ke arah yang
lebih baik dan semoga makalah kami ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Afif.
2011. Kewirausahaan. http://thez-afif.blogspot.co.id/2011/10/konsep-dasar-kewirausahaan.html. diakses pada
tanggal 06 Maret 2017 pukul 11.07.
Buchari,
Alma. 2006. Kewirausahaan. Bandung:
Alfabeta.
Iwantono,
Sutrisno.2002. Kiat Sukses Berwirausaha.
Jakarta: PT Grasindo.
Kasmir. 2007. Kewirausahaan. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
Mursobah,
Ahmad. 2012. Konsep Dasar Kewirausahaan.
http://cobah-ajah.blogspot.co.id/2012/05/konsep-dasar-kewirausahaan.html. diakses pada
tanggal 06 Maret 2017 pukul 02.58.
Riyanto, Astim. 2000. Kapita Selekta Kewirausahaan. Bandung:
Yapemdo.
Sulastri,
Attie Srie. 2008. Kewirausahaan untuk SMK.
Bandung: Grafindo Media Pratama.
Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Komentar
Posting Komentar