Makalah Ilmu Kewirausahaan


BAB I
PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang
Pendidikan dapat menolong manusia menjadi lebih baik. Pendidikan yang paling cocok adalah pendidikan yang mampu memberikan suatu bekal minimum kepada peserta didik, sehingga mereka tidak harus lagi tercekam oleh pola berpikir mencari kerja. Pendidikan yang dapat memberikan bekal berupa kemampuan menciptakan kerja atau mandiri. Untuk mampu menciptakan kerja diperlukan latihan mengenal dan menguasai kesempatan. Melalui program pendidikan dan latihan, membiasakan cara berpikir dan bersikap mental maju. Keahlian yang diperlukan terutama keahlian mengurus atau menyelesaikan sesuatu, menawarkan sesuatu, dan keahlian tertentu termasuk penguasaan bahasa asing tertentu.[1]
Latihan kewirausahaan menyangkut keimanan, jiwa dan semangat, sikap mental dan watak kepribadian, daya pikir kreatif, risiko dan persaingan, kemampuan meyakinkan, kepengurusan (manajemen), serta keterampilan usaha.[2] Pendidikan kewirausahaan merupakn bekal minimum yang patut dimiliki dan diberikan kepada setiap manusia Indonesia agar dalam kehidupan sehari-harinya lambat laun dapat mencapai keerhasilan yang maksimal melalui pengalamannya. Pendidikan kewirausahaan secara bertahap dapat membendung kebiasaan meminta dan lebih membekali dengan kebiasaan memberi.
Dewasa ini banyak orang yang belum mendapatkan pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi hal tersebut, diantaranya adalah minimnya pendidikan yang dimiliki, tidak memiliki keterampilan yang cukup, sempitnya lapangan pekerjaan, serta kurang adanya perhatian dari pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi mereka.
Sebagai generasi penerus bangsa harus mampu menciptakan peluang usaha agar tidak menambah jumlah pengangguran di Indonesia. Para pemuda harus memiliki pola pikir yang dinamis dan kreatif dalam upaya meminimalisir adanya krisis ekonomi dan berusaha untuk mengembangkan kewirausahaan dalam rangka mensejahterakan masyarakat.[3]
Sebelum seseorang memulai atau menciptakan suatu usaha, haruslah memiliki konsep dasar tentang kewirausahaan agar usaha yang akan dirintis berjalan lancar dan dapat mengatasi problematika yang terjadi sekarang ini. Konsep dasar kewirausahaan merupakan titik awal dalam memulai suatu usaha dan juga menentukan berhasil tidaknya usaha yang dirintis. Selain itu, dengan berwirausaha seseorang akan berusaha mandiri, kreatif, dan inovatif agar usahanya dapat diterima di masyarakat. Dengan demikian kami berharap generasi muda lebih termotivasi untuk kreatif, inovatif untuk menciptakan sebuah usaha yang dapat membangun perekonomian negara lebih baik dari sebelumnya.

B.           Permasalahan
1.      Bagaimana ruang lingkup disiplin ilmu kewirausahaan?
2.      Bagaimana objek studi kewirausahaan?
3.      Bagaimana hakikat kewirausahaan?
4.      Bagaimana karakteristik dan nilai-nilai kewirausahaan?
5.      Bagaimana proses kewirausahaan?

C.          Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup disiplin ilmu kewirausahaan.
2.      Untuk mengetahui dan memahami objek studi kewirausahaan.
3.      Untuk mengetahui dan memahami hakikat kewirausahaan.
4.      Untuk mengetahui dan memahami karakteristik dan nilai-nilai kewirausahaan .
5.      Untuk mengetahui dan memahami proses kewirausahaan.

BAB II
ILMU KEWIRAUSAHAAN

A.          Disiplin Ilmu Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan terjemahan dari kata Inggris entrepreneurship. Entrepreneurship pada mulanya merupakan konsep yang dikembangkan dalam tradisi sosiologi dan psikologi.[4] Ilmu kewirausahaan merupakan suatu disiplin  ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan (ability), dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W. Zimmerer (1996), kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar.
Dahulu, kewirausahaan adalah urusan pengalaman langsung di lapangan. Sebab itu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir, sehingga kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Sekarang kewirausahaan bukan hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan lapangan, tapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.
Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang wajar dan perubahan ke arah globalisasi yang menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka dewasa ini sedang terjadi perubahan paradigma pendidikan. Pendidikan kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu displin ilmu tersendiri yang independen.[5] Hal itu menurut Soeharto Prawirokusuma (1997) dikarenakan sebagai berikut.
1)            Kewirausahaan berisi “body of knowledge” yang utuh dan nyata (distinctive), yaitu ada teori, konsep, dan metode ilmiah yang lengkap.
2)            Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi “venture start-up” dan “venture-growth”, ini tidak jelas masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.
3)            Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri.
4)            Kewirausahaan merupakan alat untuk menciptakan pemerataan berusaha dan pemerataan pendapatan.[6]
Disiplin ilmu kewirausahaan dalam perkembangannya mengalami evolusi yang pesat, yaitu berkembang bukan hanya pada dunia usaha semata melainkan juga pada berbagai bidang seperti bidang industri, perdagangan, pendidikan, kesehatan, dan institusi-institusi lainnya, misalnya birokrasi pemerintah, perguruan tinggi, dan swadaya lainnya. Pada mulanya, kewirausahaan berkembang  dalam bidang perdagangan. Dalam bidang-bidang tertentu, kewirausahaan telah dijadikan kompetensi inti dalam menciptakan perubahan, pembaharuan, dan kemajuan. Kewirausahaan tidak hanya dapat digunakan sebagai kiat-kiat bisnis jangka pendek tapi juga sebagai kiat kehidupan secara umum yang berjangka panjang untuk menciptakan peluang.

B.           Objek Studi Kewirausahaan
kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan prilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Oleh karena itu, objek studi kewirausahaan adalah niali-nilai dan kemampuan (ability) seseorang yang diwujudkan dalam bentuk prilaku. Menurut Soeparman Soemahamidjaja dalam Suryana (2003), kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:
1)            Kemampuan merumuskan tujuan hidup/ usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup perlu adanya perenungan, koreksi, yang kemudian berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi kemauannya.
2)            Kemampuan memotivasi diri untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang  menyala-nyala.
3)            Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu menegrjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.
4)            Kemampuan ntuk membentuk modal uang atau barang modal (capitals good).
5)            Kemampuan tuntuk mengatur waktu dan membiasakan diri untuk selalu tepat waktu dalam segala tindakannya dengan tidak selalu menunda pekerjaan.
6)            Kemampuan mental yang dilandasi dengan agama.
7)            Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun buruk.[7]

C.          Hakikat Kewirausahaan
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan. Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti.[8]
Ada dua pendapat tentang pengertian kewirausahaan, yaitu Peter F. Drucker mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan sesuatu yang sudah ada sebelumnya. Sementara itu Zimmerer mengartikan kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).[9]
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan usaha. Seorang wirausahawan harus memilki kemampuan yang kreatif dan inovatif dalam menemukan dan menciptakan berbagai ide. Kegiatan wirausaha dapat dijalankan sesorang atau sekelompok orang. Dengan kata lain seseorang baik secara pribadi maupun bergabung dengan orang lain dapat menjalankan kegiatan usaha atau membuka usaha. Secara pribadi artinya membuka perusahaan dengan inisiatif dan modal seorang diri. Sementara itu berkelompok adalah secara bersama-sama dua orang atau lebih dengan cara masing-masing menyetor modal dalam bentuk uang atau keahliannya. Jadi, untuk berwirausaha dapat dilakukan dengan cara, yaitu: 1) memiliki modal sekaligus menjadi pengelola, 2) menyetor modal dan pengelolaan ditangani pihak mitra, 3) hanya menyerahkan tenaga namun dikonversikan ke dalam bentuk saham sebagai bukti kepemilikan usaha.[10]
Dewasa ini belum ada terminologi yang persis sama tentang kewirausahaan. Kewirausahaan pada hakikatnya adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secara kreatif. Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian, dan keberanian menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Dari beberapa konsep kewirausahaan, ada enam hakikat penting kewirausahaan, yaitu:
1)            Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.
2)            Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
3)            Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (usaha).
4)            Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (verture growth).
5)            Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberikan nilai lebih.
6)            Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan.
Berdasarkan keenam konsep di atas, secara ringkas kewirausahaan dapat definisikan sebagai suatu kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses, dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi resiko.

D.          Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan
Banyak para ahli yang mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan berbagai konsep yang berbeda-beda. Dalam Islam karakteristik wirausaha antara lain: 1) sifat takwa, tawakkal, zikir dan syukur; 2) jujur; 3) bangun Subuh dan bekerja; 4) toleransi; dan 5) berzakat dan berinfaq.[11]
Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki makna dan perangi tersendiri yang disebut nilai. Nilai-nilai kewirausahaan identik dengan sistem nilai yang melekat pada sistem nilai manajer. Ada empat nilai dengan orientasi dan ciri masing-masing sebagai berikut:
1)            Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh materi, ciri-cirinya pengambilan risiko, terbuka terhadap teknologi, dan mengutamakan materi.
2)            Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk mengejar materi. Wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa tanggung jawab, pelayanan, sikap positif dan kreativitas.
3)            Wirausaha yang berorientasi pada materi, dengan berpatokan pada kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha dengan kira-kira, sering menghadap ke arah tertentu (aliran fengshui) supaya berhasil.
4)            Wirausaha yang berorientasi pada non meteri, dengan bekerja berdasarkan kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung pada pengalaman, berhitung dengan mengunakan mistik, paham etnosentris, dan taat pada tata cara leluhur.

Wirausaha selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia tidak setengah-setengah dalam melakukan pekerjaannya. Karena itu, ia selalu tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Tindakannya tidak didasari oleh spekulasi melainkan perhitungan yang matang. Ia berani mengambil resiko terhadap pekerjaannya karena sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Keberanian menghadapi resiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas dan objektif, dan merupakan umpan balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya bukan tujuan akhir.
Beberapa ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli seperti di atas, secara ringkas dikemukakan oleh Vernon Musselman (1989:155), Wasty Sumanto (1989), dan Geoffey Meredith (1989: 5) dalam bentuk ciri-ciri berikut.
1)            Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri.
2)            Kemampuan untuk mengambil resiko.
3)            Kemampuan untuk belajar dari pengalaman.
4)            Memotivasi diri sendiri.
5)            Semangat untuk bersaing.
6)            Orientasi pada kerja keras.
7)            Percaya pada diri sendiri.
8)            Dorongan untuk berprestasi.
9)            Tingkat energi yang tinggi.
10)        Tegas.
11)        Yakin pada kemampuan sendiri.
Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki ciri-ciri tertentu pula. Dalam “Entrepreneurship and Small Enterprise Development Repor” (1986) yang dikutip oleh M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) dikemukakan beberapa karakteristik kewirausahaan yang berhasil, di antaranya memiliki ciri-ciri:
a)            Proaktif, yaitu berinisiatif dan tegas (assertive).
b)            Berorientasi pada prestasi yang tercermin dalam pandangan dan bertindak (sees and acts) terhadap peluang, orientasi efisiensi, mengutamakan kualitas pekerjaan, berencana, dan mengutamakan monitoring.
c)            Komitmen kepada orang lain, misalnya dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis.[12]
Keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat dipengaruhi juga oleh sifat dan kepribadian seseorang. The officer of Advocacy of Small Business Administration (1989) yang dikutip oleh Dan Steinhoff dan John F Burgess (1993:37) mengemukakan bahwa kewirausahaan yang berhasil pada umumnya memiliki sifat-sifat kepribadian. Menurut Ahmad sanusi (1994) ada beberapa kecenderungan profil pribadi wirausaha yang dapat diangkat dari kegiatan sehari-hari, di antaranya:
1)            Tidak menyenangi lagi hal-hal yang sudah terbiasa/ tetap/ sudah teratur/ diatur dan jelas. Ia selalu bosan dengan kegiatan rutin sehingga timbul harapan-harapan dan keinginan untuk selalu berubah, ada tambahan, pengayaan, atau perbaikan mutu (nilai tambah yang berbeda).
2)            Makin berani, karena merasa perlu untuk menunjukkan sikap kemandirian atau prakasa atas nama sendiri.
3)            Suka berimajinasi dan mencoba menyatakan daya kreativitas serta memperkenalkan hasil-hasilnya kepada pihak lain.
4)            Menyatakan suatu prakarsa setelah gagasan awalnya diterima dan dikembangkan, serta dapat dipertanggungjawabkan dari beberapa sudut. Prakarsa dianggap tidak final, bahkan terbuka untuk modifikasi dan perubahan.
5)            Sikap hati-hati dan cermat mendorong kesiapan bekerja sama dengan pihak lain yang sama-sama mencari kemajuan dan keuntungan. Akan tetapi, jika perlu, ia harus ada kesiapan untuk bersaing.
6)            Ujian, godaan, hambatan, dan hal-hal yang tidak terduga dianggap tantangan untuk mencari berbagai ikhtiar.

E.           Proses Kewirausahaan
Menurut Attie Srie Sulastri (2008), pengembangan kewirausahaan diawali dari proses sebagai berikut.
1)            Proses Inovasi
Faktor yang mendorong terjadinya inovasi, yaitu keinginan berprestasi, adanya sifat penasaran, keinginan menanggung resiko, dan pengalaman. Adapun hubunga antara inovasi dan kewirausahaan adalah:
a.             Inovasi dan Kreativitas, Seorang pakar ekonomi pada zaman klasik yaitu Jean Baptise Say menyatakan bahwa seorang wirausaha adalah orang yang mampu memindahkan sumber daya yang kurang produktif  menjadi sumberdaya yang produktif sehingga memberi nilai ekonomis.[13]
b.            Inovasi dan Kerja Keras, Thomas Alfa Edison mengembangkan bahwa inovasi itu terdiri 1% inspirasi dan 99% keringat. Untuk mencapai keberhasilannya maka ia harus bekerja keras siang dan malam sehingga menemukan lampu. Dalam tahap menuju realisasi gagasan tersebut kemungkinan kita akan menghadapi respon atau komentar negative dari orang sekeliing kita, kemungkinan lain adalah kegagalan yang kita hadapi bertubi-tubi, sehingga kita berpikir bahwa memang tidak mungkin mewujudkan yang ada tersebut tidak boleh membuat kita patah semangat.
c.             Inovasi dan Prestatif , Seorang yang inovatif biasanya sekaligus orang yang prestatif. Ia selalu berusaha menjadi yang terbaik dalam segala situasi. Orang yang prestatif sangat menyukai persaingan sehat. Persaingan membuat orang selalu berpikir tentang apa yang dapat dilakukan untuk menjadi yang terbaik. Gagasan-gagasan besar belum pernah dipikirkan orang sebelumnya akan menjadikan sebagai pioner dan berdiri paling depan.[14]

2)            Proses Pemicu
Faktor yang mendorong seseorang terjun ke dunia bisnis yaitu adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan yang ada, terjadinya pemutusan hubungan kerja, keberanian menanggung resiko, dan komitmen yang tinggi terhadap bisnis. Kewirausahaan diwali dengan adanya inovasi, didukung, oleh kejadian pemicu, diimplementasikan, dan akhirnya tumbuh dan berkembang. Orang yang berhasil dalam berwirausaha adalah orang yang dapat menggabungkan nilai, sifat utama (pola sikap), dan perilaku dengan bekal pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan praktis.

3)            Proses Pelaksanaan
Faktor yang mnedorong pelaksanaan dai sebuah bisnis yaitu kesaiapan mental wirausaha seara total, adanya manager sebagai pelaksana kegiatan, dan adanya visi jauh kedepan untuk mencapai keberhasilan.

4)            Proses Pertumbuhan
Proses pertumbuhan didorong factor organisasi,yaitu adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha, adanya strategi yang mantap, adanya struktur dan budaya organisasi yang baik dan adanya produk yang menjadi unggulan.



Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha terdiri dari:
a.             Tahap Memulai
Tahap ini dimana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala seuatu yang diperlukan,di awali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin,apakah membuka usaha baru atau melakukan franchising. Juga memilih usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian,industri atau manufaktur, maupun produksi atau jasa.
b.            Tahap melaksanakan usaha
Tahap ini seseorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya. Mencakup aspek-aspek: Pembiayaan, SDM, Kepemilikan, Organisasi, Kepemimpinan yang meliputi bagaimana pengambilan resiko dan mengambil keputusan pemasaran dan melakukan evaluasi.
c.             Mempertahankan usaha
Tahap ini dimana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
d.            Mengembangkan usaha
Tahap dimana jika hasil yang diperoleh tergolong psitif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha yang menjadi salah satu pilihan yang mungkin di ambil.[15]









BAB III
PENUTUP

A.          Kesimpulan
Kewirausahaan (Entrepreneurship) adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Pada dasarnya semua manusia dipaksa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing dan melalui usaha yang mereka jalankan itu artinya mereka telah memenuhi kebutuhannya masing-masing. Dahulu mungkin kata kewirausahaan dikhususkan bagi mereka yang mempunyai bakat sejak lahir dalam berwirausaha dan yang mempunyai pengalaman lapangan langsung dan tidak bias dipelajari atau diajarkan. Tetapi paradigma saat ini tidak lagi seperti itu. Kewirausahaan bukanlah bakat bawaan sejak lahir maupun pengalaman lapangan langsung. Tetapi lebih tepatnya sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap manusia dapat dipelajari dan juga diajarkan.
Dengan demikian setiap orang berhak untuk memperbaiki hidupnya dengan berbagai ide kreatif dan inovatif yang diaplikasikan dalam sebuah usaha yang nyata. Penting mengetahui ilmu kewirausahaan dalam kehidupan kita, karena bertujuan untuk merubah kehidupan perekonomian menjadi lebih baik karena bagaimanapun kesuksesan sebuah Negara diukur dari segi kehidupan perekonomian masyarakatnya itu sendiri dan telah tertulis jelas pula dalam Al-Qur’an  bahwa” sesungguhnya Allah tidak akan menggubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka” (QS. Ar-Ra’d: 11)




B.           Kritik dan Saran
Alhamdulillah kami panjatkan sebagai implementasi rasa syukur kami atas selesainya makalah Entrepreneurship and Innovation Management tentang Disiplin Ilmu Kewirausahaan ini. Namun, dengan selesainya bukan berarti telah sempurna, karena kami sebagai manusia, sadar bahwa dalam diri kami tersimpan berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya sangat mempengaruhi terhadap kinerja kami.
Oleh karena itu, saran serta kritik yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami perlukan guna penyempurnaan dalam tugas berikutnya dan dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah sehingga kami terus termotivasi ke arah yang lebih baik dan semoga makalah kami ini bermanfaat bagi kita semua.




















DAFTAR PUSTAKA

Afif. 2011. Kewirausahaan. http://thez-afif.blogspot.co.id/2011/10/konsep-dasar-kewirausahaan.html. diakses pada tanggal 06 Maret 2017 pukul 11.07.

Buchari, Alma. 2006. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Iwantono, Sutrisno.2002. Kiat Sukses Berwirausaha. Jakarta: PT Grasindo.

Kasmir. 2007. Kewirausahaan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mursobah, Ahmad. 2012. Konsep Dasar Kewirausahaan. http://cobah-ajah.blogspot.co.id/2012/05/konsep-dasar-kewirausahaan.html. diakses pada tanggal 06 Maret 2017 pukul 02.58.

Riyanto, Astim. 2000. Kapita Selekta Kewirausahaan. Bandung: Yapemdo.

Sulastri, Attie Srie. 2008. Kewirausahaan untuk SMK. Bandung: Grafindo Media Pratama.

Suryana. 2003. Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Perilaku Individu dan Kelompok dalam Organisasi

Makalah Supervisi Pendidikan

Makalah Latar Belakang dan Tujuan Pendidikan, serta Social Demand Approach