Makalah Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dan Hadits serta Desain dan Evaluasi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dan Hadits
A.
Tujuan
dan Rumusan Indikator Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dan Hadits
Di antara kemurahan Allah terhadap manusia bahwa Dia tidak
saja memberikan sifat yang bersih yang dapat membimbing dan memberi petunjuk
kepada mereka kearah kebaikan, tetapi juga dari waktu ke waktu Dia mengutus
seorang Rasul kepada umat manusia dengan membawa al-Kitab dari Allah dan
menyurh mereka beribadah hanya kepada Allah saja, menyampaikan kabar gembira
dan memberikan peringatan. Agar yang demikian menjadi bukti bagi manusia.
Terampil dalam
membaca Al-qur’an dan
Hadits menjadi
kemampuan paling dasar yang harus dikuasai oleh umat Islam. Langkah
awal untuk lebih mendalami Al-Qur’an
dan Hadits adalah
dengan cara mampu membacanya dengan baik dan benar. Al-Qur’an adalah Kalam
Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, yang
diturunkan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah.
Terlebih lagi
terhadap Al-Qur’an, karena ibadah penting dalam Islam, yakni shalat, membutuhkan keterampilan membaca
Al-Qur’an dengan baik. Membaca Al-Qur’an saja sudah bernilai ibadah, maka dari
itu membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar mempunyai nilai keagamaan yang
tinggi.
Istilah-istilah
yang digunakan untuk menunjukkan ilmu pembacaan Al-Qur’an cukup
banyak. Dalam khasanah literatur Islam, selain tajwid,
terdapat beberapa istilah lain yang lazim digunakan untuk merujuk ilmu pembacaan
Al-Qur’an.
1.
Tartil (ترتيل)
berasal dari kata rattala ( رتل),
yang berarti “melagukan”. tartil juga
mencakup pemahaman tentang tata cara berhenti (waqf) dan meneruskan (washl)
dalam pembacaan dan artikulasi yang tepat dalam pembacaan huruf-huruf hijaiyah. Dalam
perkembangannya saat ini, istilah tersebut tidak hanya merupakan suatu istilah
umum untuk pembacaan Al-Qur’an, tetapi juga merujuk kepada pembacaannya secara
cermat dan perlahan-lahan.
2.
Tilawah ( تلاوة
), berasal dari kata tala ( تلى
), yang berarti
membaca secara tenang, berimbang dan menyenangkan. Pembacaan semacam ini
mencakup cara sederhana pendengungan atau pelaguan.
3.
Qira’ah, (قر اءة),
berasal dari kata qara’a (قرا),
yang berarti “membaca” yang mesti dibedakan penggunaannya untuk merujuk pada
istilah yang berarti keragaman menmbaca Al-Qur’an. Disini pembacaan Al-Qur’an
mencakup hal-hal yang ada dalam istilah-istilah lain, seperti tinggi rendahnya
nada, penekanan pada pola-pola durasi
bacaan dan lain-lain.
Dengan
demikian, jelas terlihat begitu pentingnya kemampuan membaca Al-Qur’an dan
hadits bagi umat Islam. Kemampuan
ini akan terasah dengan baik jika telah dimulai sejak dini. Anak-anak usia
Madrasah Ibtidaiyah adalah usia yang baik untuk menanamkan kemampuan membaca
Al-Qur’an dan Hadits. Untuk
itu perlu dirumuskan tujuan pembelajaran yang jelas dalam proses pendidikannya.
Hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada anak didik bahwa mampu
membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan
baik merupakan hal yang penting dalam ajaran Islam.
a.
Pembelajaran
Membaca Al-Qur’an bertujuan:
1.
Aspek
Pengetahuan (knowing)
Dalam hal ini,
murid memiliki pengetahuan mengenai
kewajiban
seorang muslim untuk menguasai keterampilan membaca Al-Qur’an. Karena langkah
awal untuk memahami Al-Qur’an adalah dengan cara mampu membaca Al-Qur’an
menjadi pintu pertama untuk menghafalkannya, karena hafalan Al-Qur’an dengan
bacaan yang benar menjadi syarat dalam ibadah shalat. Bahkan murid juga
memiliki pengetahuan bahwa membaca Al-Qur’an menjadi bagian dari ibadah.
Setelah peserta
didik memiliki pengetahuan mengenai pentingnya kemampuan membaca Al-Qur’an,
kondisi ini dilanjutkan dengan memberikan pengetahuan bahwa Al-Qur’an itu dinarasikan
dalam bahasa arab yang memiliki norma, kaidah dan aturan-aturan tersendiri dalam
membacanya. Misalnya yang paling dasar adalah membaca Al-Qur’an dan hadits
dimulai dari arah sebelah kanan kekiri. Pada tahap selanjutnya guru juga perlu
memberikan pengetahuan bahwa ilmu tajwid adalah bagian dari cabang ilmu yang
dapat membantu seseorang untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Tentu saja dalam penyampaiannya harus dengan cara bertahap. Untuk ilmu tajwid
saja tidak semua cabangnya diberikan kepada siswa MI. dengan demikian
dibutuhkan kesabaran dan keteladanan dari guru untuk mengarahkan dan mendidik
siswanya. Karena pada aspek knowing
ini guru harus benar-benar yakin bahwa semua murid telah mengetahui apa yang
telah dipelajarinya. Untuk mencapai tujuan ini, guru dapat memilih metode
ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi.
2.
Aspek
Pelaksanaan (Doing)
Dalam hal ini
pelaksanaan yang dimaksud adalah peserta didik terampil dalam membaca ayat-ayat
dari surat-surat tertentu dalam juz ‘amma yang menjadi materi pelajaran. Untuk
mencapai tujuan ini metode yang dapat digunakan adalah demonstrasi.
Setelah para
siswa satu kelas dirasa mampu melafalkan secara bersama-sama, guru dapat melakukan pengujian
dengan menilai pelafalan para siswa satu persatu.
3.
Aspek
Pembiasaan (being)
Keterampilan
dalam melafalkan dan membaca Al-Qur’an itu tidak hanya sekedar untuk diketahui
tetapi juga menjadi miliknya dan menyatu dengan kepribadiannya. Dalam contoh di
atas, setelah siswa benar-benar terampil dalam membaca Al-qur’an, maka setiap
ia hendak membaca Al-Qur’an maka dimulai dengan Al-Fatihah. Terlebih lagi dalam
berbagai kesempatan ia gemar untuk membaca Al-Fatihah. Hal yang sama juga
terjadi pada surat-surat lain yang telah dipelajarinya.
Untuk menjaga
agar pelafalan dan pembacaan murid terhadap surat-surat tetap baik, maka perlu
untuk melakukan pembiasaan. Beberapa teknik yang dapat dilakukan misalnya:
a)
Shalat
berjamaah
Pelaksanaan
shalat berjamaah ini dapat dilakukan sebatas contoh. Kegiatan belajar seperti
ini dapat dilakukan dikelas, guru mendemonstrasikan gerakan shalat yang
dibarengi dengan pelafalan ayat-ayat dari surat tertentu, yang diikuti oleh
siswa.
b)
Membaca
Al-Qur’an berjamaah
Langkah
pembiasaan untuk melatih keterampilan melafalkan dan membaca surat tertentu
dalam juz ‘amma ini adalah dengan melafalkan, bahkan untuk tahap yang lebih
tinggi dengan membaca teksnya yang berbahasa Arab, terhadap Al-Qur’an secara
bersama-sama. Hal ini diulang beberapa kali dalam satu pertemuan sampai guru
yakin para siswa mampu melakukannya. Guru tidak boleh melanjutkan materi untuk
melafalkan dan membaca surat selanjutnya, jika para siswa belum benar-benar terampil melafalkan dan
membaca surat yang dipelajari tersebut.
c)
Perlombaan
Perlombaan yang
dapat dilakukan seperti perlombaan ketangkasan dalam melafalkan atau membaca
surat-surat tertentu dalam juz ‘amma
atau bisa juga dengan guru membagi murid kelas menjadi empat kelompok untuk
saling unjuk kebolehan dalam melafalkan dan membaca surat.
b.
Pembelajaran
membaca Hadits bertujuan:
1.
Aspek
pengetahuan (knowing)
Dari segi bahasa Hadits terdiri dari
dua kata yakni ilmu dan hadits. Secara sederhana ilmu artinya pengetahuan dan
hadits artinya segala perkataan, perbuatan maupun persetujuan dari nabi
Muhammad saw. Hadits bagi
umat Islam juga
memiliki peran yang sangat penting. Sebagai sumber ajaran kedua setelah
Al-Qur’an, Hadits berfungsi
sebagai penjelas Al-Qur’an. Hadits juga berisi tuntunan-tuntunan yang dilakukan
oleh Rasul SAW untuk diikuti oleh umat Islam.
Pengetahuan semacam inilah yang menjadi landasan awal untuk diajarkan kepada
murid. Hadits-hadits yang akan dipelajari oleh murid didasarkan pada tema-tema
tertentu. Misalnya, kebersihan, hormat kepada orang tua, persaudaraan dan lain
sebagainya. Dengan demikian, setelah menjelaskan fungsi dan kedudukan Hadits bagi umat
Islam, adalah
dengan memberikan pengetahuan berdasarkan tema Hadits yang akan diajarkan. Misalnya tema tentang
kebersihan, maka guru menjelaskan berbagai aspek yang berkenaan dengan
kebersihan.
2.
Aspek
Pelaksanaan (doing)
Setelah aspek
knowing dikuasai, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan dari pengetahuan yang
ia peroleh. Terampil dalam melafalkan dan membaca teks Arab dari Hadits yang
menjadi materi pelajaran adalah tujuan pembelajaran aspek doing. Dalam
pelaksanaannya guru dapat memilih metode audiolingual, misalnya mengajarkan
melafalkan dan membaca Hadits dengan
mencurahkan perhatian pada kata dan latihan berkali-kali secara intensif.
3.
Aspek
Pembiasaan (being)
Pengetahuan dan
keterampilan membaca yang murid kuasai dari Hadits yang
telah dipelajari, dilanjutkan dengan proses pembiasaan agar apa yang telah ia
ketahui dan kuasai tidak dilupakan. Teknik-teknik yang dapat dilakukan adalah:
a)
Membaca Hadits
berjamaah
Dalam proses
pembelajaran dikenal istilah apersepsi. Guru dapat memanfaatkan sarana ini
untuk membaca hadits secara bersama-sama murid satu kelas. Kegiatan ini diulang
beberapa kali hingga murid melakukannya tanpa kesalahan. Guru tidak boleh
melanjutkan materi hadits selanjutnya, jika para siswa belum benar-benar yakin
bahwa hadits yang telah dipelajari telah dikuasai oleh murid.
b) Karya wisata
Teknik ini dilakukan dengan cara mengajak murid-murid
keluar dari ruangan klas. Misalnya mengajak murid berkeliling disekitar
lingkungan sekolah, ketika mengajarkan tema hadits kebersihan, guru dapat
memberi penjelasan mengenai tema itu. Guru dapat menyisipkan hadits tentang kebersihan, sambil meminta
para murid melafalkannya secara bersama-sama.
B.
Rumusan Indikator Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dan Hadits
Secara garis
besar indikator pembelajaran membaca Al-Qur’an dan Hadits adalah diupayakan
agar murid:
1.
Melafalkan surat-surat tertentu dalam juz amma dan hadits-hadits pilihan
sebagai tahap awal membaca.
Dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur’an dan Hadits,
sebagai langkah awal, langkah yang dilakukan adalah dengan cara melafalkan.
Dalam hal ini murid mampu melafalkan surat-surat dalam juz ‘amma dan
hadits-hadits pilihan yang menjadi materi pelajaran. Indikator ketercapaian
pembelajaran melafalkan ini, diusahakan murid mampu:
a. Melafalkan ayat-ayat dari surat juz ‘amma dan hadits
sebagaimana yang diujarkan oleh guru dengan baik dan benar.
b. Melafalkan ayat-ayat dari surat juz ‘amma dan hadits
dengan lancar, fasih dan
sesuai makhrajnya.
2.
Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya
Proses
selanjutnya adalah murid mulai diajarkan membaca huruf-huruf hijaiyah. Indikator yang
dirumuskan dalam membaca huruf hijaiyah adalah:
a. Mengidentifikasi huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya.
b. Membaca huruf-huruf hijaiyah secara terpisah dengan tanda
baca sesuai makhrajnya.
c. Membaca huruf-huruf
hijaiyah secara bersambung dengan tanda baca sesuai makhrajnya.
3.
Membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid
Kelanjutan dari
proses diatas adalah murid telah terampil dan mampu membaca Al-Qur’an dan
Hadits dengan baik dan benar. Khususnya untuk Al-Qur’an murid mampu membaca
surat-surat juz amma sesuai dengan kaidah tajwid. Dengan demikian, indikator
katercapaian dalam proses pembelajaran membaca pada tingkat ini murid mampu:
a. Membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan lancar dan fasih
sesuai makharijul hurufnya.
b. Membaca Al-Qur’an dengan lancar, fasih sesuai
makharijul hurufnya dan sesuai dengan kaidah tajwid.
C.
Desain Pembelajaran Membaca
Al-Qur’an dan Hadits
1.
Desain
pembelajaran melafalkan sebagai tahap awal membaca
Ketika seorang guru
mengajarkan Al-Qur’an dan Hadits, mereka pertama kali dididik melafalkan bunyi
bahasa. Mereka mendengarkan dan mengucapkan kata, kalimat pendek yang mudah
diucapkan hingga kalimat panjang yang lebih rumit.
Guru mencontohkan
melafalkan ayat-ayat dari suatu surat dalam juz ‘amma atau suatu hadits, yang
dilakukan sepenggal-sepenggal untuk kemudian ditirukan oleh peserta didik.
Proses ini dilakukan sampai murid benar-benar menguasai dan melakukan tanpa
kesalahan. Berikut ini model model pembelajaran melafalkan yang dapat dilkukan:
dalam pembelajaran melafalkan, guru dapat mempergunakan metode ceramah dan
metode langsung, metode ini dilanjutkan dengan menggunakan tekhnik drill and
practice.
Metode ceramah
dipergunakan untuk menyampaikan pengetahuan mengenai arti penting Al-Qur’an dan
Hadits bagi umat Islam, sehingga terampil dalam melafalkannya.
Agar metode ceramah
berhasil, maka ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada tahap persiapan
maupun pada tahap pelaksanaan.
1) Tahap
persiapan
(a) Merumuskan
tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini merumuskan tujuan yang jelas menjadi
langkah pertama yang harus dilakukan oleh guru. Tujuan dari pembelajaran ini
adalah murid mengetahui arti penting Al-Quran dan hadits bagi umat Islam. Lebih
khusus siswa diberi pengetahuan mengenai beberapa aspek mengenai surat yang
akan diajarkan, misal arti dari nama surat, jumlah ayat, tempat diturunkannya,
kapan waktu membaca surat tersebut. Sehingga terampil dalam melafalkannya
merupakan hal yang wajib untuk dikuasai. Demikian halnya dengan hadits, siswa
diberi pengetahuan mengenai hadits yang akan diajarkan. Pembelajaran hadits
menggunakan tema, maka guru harus mempersiapkan hal-hal yang berkenaan dengan
tema hadits yang akan diajarkan.
(b) Menentukan
pokok-pokok materi yang akan diceramahkan. berdasarkan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai, maka guru harus menentukkan pokok-pokok materi yang akan
disampaikan, harus diperhatikan pula bahwa keberhasilan suatu ceramah sangat
tergantung kepada tingkat penguasaan guru terhadap materi yang akan disampaikan
dan teknik yang menarik dalam menyampaikannya. Sehingga guru juga perlu
mempersiapkan ilustrasi-ilustrasi yang relevan untuk memperjelas informasi yang
akan disampaikan.
(c) Mempersiapkan
alat bantu. Dalam hal ini untuk mencapai tujuan pembelajaran mengenalkan
Al-Quran dan Hadits dan terampil melafalkannya menjadi kewajiban, maka yang
paling mendasar adalah guru membawa dan memperlihatkan kitab suci Al-Qur’an dan
salah satu kitab kumpulan hadits.
2) Tahap
pelaksanaan
Dalam
tahap ini ada tiga langkah yang harus dilakukan:
a) Langkah
pembukaan
(1) Lakukan
langkah apersepsi, yaitu langkah menghubungkan materi pelajaran yang akan
disampaikan. Apersepsi dapat diisi dengan melafalkan secara bersama-sama
surat-surat juz ‘Amma dan hadits-hadits yang telah diajarkan.
(2) Yakinkan
bahwa siswa mengetahui dan memahami tujuan yang akan dicapai
b) Langkah
penyajian
(1) Gunakan
bahasa komunikatif dan mudah dicerna siswa.
(2) Sajikan
materi pembelajaran secara sistematis, tidak meloncat-loncat, agar mudah
dipahami siswa.
(3) Menjaga
kontak mata secara terus menerus dengan siswa. Kontak mata menjadi isyarat bagi
guru agar siswa mau memperhatikan.
(4) Jagalah
agar kelas tetap kondusif dan menggairahkan untuk belajar.
c) Langkah
mengakhiri
(1) Membimbing
siswa untuk dapat memahami dan mengingat materi pelajaran yang baru disampaikan.
(2) Melakukan
evaluasi untuk mengetahui kemampuan siswa menguasai materi pembelajaran yang
baru disampaikan, untuk tahap awal dapat dilakukan dengan tanya jawab.
Metode
yang dapat digunakan adalah metode langsung. Tujuan utama metode langsung
adalah penguasaan lapangan surat dan hadits secara lisan agar siswa mampu
melafalkan surat dan hadits secara baik dan benar sesuai dengan makhrajnya.
2.
Desain
pembelajaran membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya
Setelah
proses pembelajaran membaca al-Quran dan hadits dengan tekhnik melafalkan telah
dikuasai. Maka langkah selanjutnya adalah murid telah memulai diajar dan didik
untuk membaca teks arabnya. Langkah pertama dalam proses ini adalah murid
dikenalkan dengan huruf-huruf hijaiyah sampai murid mampu untuk
mengidentifikasinya sesuai dengan makhrajnya. Setelah itu murid diajarkan
membaca huruf-huruf hijaiyah yang ditulis secara terpisah sesuai tanda dan
makhrajnya. Dan tahap selajutnya adalah murid diajarkan cara membaca
huruf-huruf hijaiyah secara bersambung sesuai dengan tanda baca dan makhrajnya.
(1) Desain
pembelajaran mengidentifikasi huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan makhrajnya.
Dalam
proses pembelajaran, guru dapat menggunakan metode mim-mem yaitu mimicry-memorization.
Metode ini dilakukan dengan cara mimicry
(meniru) dan memorization (menghafal)
atau proses pengingatan sesuatu dengan menggunakan kekuatan memori.untuk
melengkapi proses pembelajaran dengan metode ini, guru dapat menggunakan teknik
drill and practice dan make a match. Teknik make a match adalah teknik mencari
pasangan media yang digunakan adalah kartu. Tujuan dari penggunaan metode dan
teknik tersebut adalah agar siswa mampu mengidentifikasi huruf-huruf hijaiyah
sesuai makhrajnya dengan benar tanpa ada kesalahan.
Untuk
mencapai tujuan itu ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik dalam persiapan
maupun dalam tahap pelaksanaannya.
a) Tahap
persiapan
Dalam tahap persiapan ini
yang paling penting untuk diperhatikan adalah alat bantu yang digunakan dalam
proses pembelajaran mengidentifikasi huruf-huruf hijaiyah. Diantaranya adalah
alat multimedia seperti: (a) computer atau laptop serta infocus; (b) Televisi
dan VCD player; (c) Tape dan Casette atau CD. Guru juga mempersiapkan karton
yang bertuliskan huruf-huruf hijaiyah. Karton seperti ini mudah diperoleh dan
dipersiapkan. Selain itu, guru dapat mempersiapkan kartu-kartu yang bertuliskan
huruf hijaiyah. Guru juga mempersiapkan bentangan plastic atau tripleks yang
berisi kolom-kolom yang berjumlah sesuai huruf hijaiyah, yang pada bagian bawah
setiap kolom diberi pengucapan huruf hijaiyah dalam bentuk transliterasi. bisa
juga menggunakan papan tulis. Persiapkan juga alat perekat isolasi.
b) Tahap
pelaksanaan
(1) Bimbinglah
siswa untuk berkosentrasi memperhatikan huruf-huruf hijaiyah; media yang
digunakan adalah karton bertuliskan huruf-huruf hijaiyah dan kartu-kartu yang
dipersiapkan.
(2) Kenalkan
huruf-huruf hijaiyah tersebut sesuai makhrajnya; untuk proses ini guru dapat
memanfaatkan alat multimedia, jika tidak ada guru mencontohkan langsung cara
melafalkannya yang baik dan benar. Kemudian diiikuti oleh murid sampai mereka
mampu melafalkannya dengan benar. Dengan metode mim-mem dan drill and
practice yang dilakukan dengan ketat, pastikan seluruh murid dapat
membunyikan huruf hijaiyah dengan makhraj yang benar.
(3) Bagilah
kartu-kartu yang dipersiapkan kepada murid secara acak.
(4) Setelah
terbagi semua panggilah murid yang memegang kartu, satu persatu sesuai dengan
urutan huruf hijaiyah.
(5) Setelah
berada didepan kelas, suruhlah murid tersebut untuk menghadap kearah
teman-temannya sambil menunjukkan kartu yang dipegang dan mengucapkan huruf
dengan lantang sesuai makhrajnya.
(6) Suruhlah
murid menempelkan kartu hururf-huruf hijiyah pada kolom yang disediakan.
(7) Lakukan
beberapa kali sampai murid memperoleh giliran.
c) Tahap Mengakhiri
Proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan
penugasan yang berkaitan dengan idetifikasi huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan
makhrajnya. Hal ini diperlukan untuk memantapkan dan melancarkan pelafalan da
pembacaan yang dilakukan oleh murid. Sehingga murid selalu ingat dan terbiasa
dalam membacanya.
3.
Desain
Pembelajaran Membaca dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid
Desain adalah sebuah
istilah yang diambil dari kata "design"
(bahasa inggris) yang berarti perencanaan atau rancangan. Adapula yang
mengartikan dengan "persiapan". Perencanaan disebut dengan istilah
planning yaitu persiapan menyusun suatu keputusan berupa langkah-langkah
penyelesaian suatu masalah atau pelaksanaan suatu pekerjaan yang terarah pada
pencapaian tujuan tertentu.
Pada saat murid-murid
telah mampu mengidentifikasi huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrajnya.
Selanjutnya mereka juga telah terampil membaca huruf-huruf hijaiyah baik yang
terpisah maupun yang bersambung sesuai tanda baca dan makhrajnya. Maka pada
tahap selanjutnya murid-murid dididik dan diajarkan cara membaca Al-Qur’an dan
Hadits secara tartil dan fasih langsung dari teks Arabnya. Khusus untuk Al-Qur’an,
murid diajar dan dididk cara membacanya sesuai kaidah ilmu tajwid dengan lebih
ketat.
Beberapa kaidah ilmu
tajwid yang harus dikuasai adalah:
a. Menerapkan
bacaan Ghunnah
b. Menerapkan
bacaan “Al”
c. Menerapkan
bacaan Mad
d. Menerapkan
bacaan Idgham dan Iqlab
e. Menerapkan
bacaan Idzar dan Ikhfa’
a.
Desain
Pembelajaran Menerapkan Bacaan Ghunnah
Dalam mengajarkan
penerapan bacaan ghunnah ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada
tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaannya.
Ghunnah adalah bacaan
yang mendengung. Ini dilakukan jika ada huruf ( ) dan ( ) yang bertasydid.
|
|
|
|
|
|
1)
Tahap Persiapan
(a) Persiapkan
pengetahuan mengenai penerapan bacaan
fhunnah ini dengan baik
(b) Menyiapkan
alat bantu. Alat bantu dapat di persiapkan secara bertingkat. Untuk madrasah
yang menyediakan alat multimedia, maka guru dapat memanfaatkannya. Alat
multimedia yang dapat digunakan adalah (a) komputer/Laptop; (b) televisi VCD player; (c) Tape dan kaset atau CD. Jika
tidak ada guru dapat membuat kertas karton yang berisi penerapan bacaan
ghunnah. Jika tidak memungkinkan guru dapat memanfaatkan papan tulis dan
beberapa spidol warna.
2)
Tahap Pelaksanaan
(a) Jelaskan pengertian ghunnah beserta ketentuan
hukumnya.
(b) Bimbinglah
siswa untuk berkonsentrasi memperhatikan huruf-huruf dan tanda bacaan ghunnah;
media yang digunakan adalah bagan-bagan bertulis huruf-huruf dan tanda-tanda
bacaan ghunnah yang telah dipersiapkan
(c) Bacakan
contoh penerapannya dalam Al-Qur’an
(d) Awali
dengan mengajarkan cara menerapkan bacaan ghunnah dari huruf ( )
(e) Pastikan
bahwa seluruh murid telah mampu menerapkan bacaan ghunnah beserta ketentuan
hukumnya,dan mampu menerapkannya dalam membaca Al-Qur’an
(f) Ciptakan
suasana yang kondusif dan menyenangkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan
(g) Yakinkan
bahwa semua siswa mengikuti jalannya pembelajaran penerapan ghunnah dengan
memperhatikan ujaran yang dilakukan seluruh siswa
(h) Berikan
kesempatan terbanyak kepada siswa untuk secara aktif menerapkan bacaan ghunnah.
3)
Tahap Mengakhiri
Apabila pelaksanaan pembelajaran
mengidentifikasikan dan menerapkan tanda bacaan ghunnah telah selesai
dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan penugasan yang
berkaitan dengan penerapan bacaan ghunnah dalam membaca ayat Al-Qur’an.
b.
Desain
Pembelajaran Menerapkan Bacaan “Al”
Dalam mengajarkan
penerapan bacaan “Al“ ( ) ini ada
beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada tahap persiapan maupun pada tahap
pelaksanaannya.
1)
Tahap Persiapan
(a) Persiapan
pengetahuan mengenai penerapan bacaan “Al“ (
) ini dengan baik
(b) Menyiapkan
alat bantu. Alat bantu dapat di persiapkan secara bertingkat. Untuk madrasah
yang menyediakan alat multimedia, maka guru dapat memanfaatkannya. Alat
multimedia yang dapat digunakan adalah (a) komputer/Laptop; (b) televisi VCD player; (c) Tape dan kaset atau CD. Jika
tidak ada guru dapat membuat kertas karton yang berisi penerapan bacaan “ Al “
( ). Jika tidak memungkinkan guru
dapat memanfaatkan papan tulis dan beberapa spidol warna.
Contoh bacaan “Al”
1.
Huruf “Al” ( )
Qamariyyah ( ) ada 14:
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh
bacaan “Al” ( ) Qamariyah:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Huruf “Al” ( ) syamsiyyah ( ) ada:14
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Contoh bacaan “Al” ( ) Syamsiyyah:
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2)
Tahap Persiapan
(1) Jelaskan
pengertian “Al” ( ) Qamariyyah ( ) dan “Al” ( ) Syamsiyyah ( ) beserta ketentuan hukumnya
(2) Bimbinglah
siswa untuk berkonsentrasi memperhtikan huruf-huruf dan tanda-tanda bacaan “Al”
( ) Qamariyyah ( ) dan “Al” ( ) Syamsiyyah ( ); media yang digunakan adalah
bagan-bagan bertuliskan huruf-huruf dan tanda-tanda bacaan ghunnah yang telah
dipersiapkan
(3) Bacaan
contoh dan penerapannya dalam Al-Qur’an
(4) Awali
dengan mengajarkan cara menerapkan bacaan “Al” ( ) Qamariyyah ( ) dari hurufnya satu persatu
(5) Pastikan
bahwa seluruh murid telah mampu menerapkan bacaan “Al” ( ) Qamariyyah ( ) ataupun “Al” ( ) Syamsiyyah ( ) beserta ketentuan hukumnya,dan mampu
menerapkannya dalam membaca Al-Qur’an
(6) Ciptakan
suasana yang kondusif dan menyenangkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan
(7) Yakinkan
bahwa semua siswa mengikuti jalannya pembelajaran penerapan “Al”( )
Qamariyyah ( ) ataupun “Al” ( )
Syamsiyyah ( ) dengan memperhatikan ujaran yang dilakukan
seluruh siswa
(8) Berikan
kesempatan terbanyak kepada siswa untuk secara aktif menerapkan bacaan ghunnah
3)
Tahap Mengakhiri
Apabila
pelaksanaan pembelajaran mengidentifikasi dan menerapkan tanda bacaan”Al”
( )
Qamariyyah ( ) ataupun “Al”
( )
Syamsiyyah ( ) Telah selesai
dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan meberikan penugasan yang
berkaitan dengan penerapan bacaan “Al” (
) Qamariyyah ( )
ataupun “Al” ( ) Syamsiyyah ( ) dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an
c.
Desain
Pembelajaran Menerapkan Bacaan Mad
Dalam mengajarkan
penerapan bacaan ghunnah ini ada beberapa hal yang harus dilakukan, baik pada
tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaannya.
1)
Tahap Pelaksanaan
(a) Persiapan pengetahuan mengenai penerapan
bacaan mad ini dengan baik
(b) Menyiapkan
alat bantu. Alat bantu dapat di persiapkan secara bertingkat. Untuk madrasah
yang menyediakan alat multimedia, maka guru dapat memanfaatkannya. Alat
multimedia yang dapat digunakan adalah (a) komputer/Laptop; (b) televisi VCD player; (c) Tape dan kaset atau CD. Jika
tidak ada guru dapat membuat kertas karton yang berisi penerapan bacaan mad.
Jika tidak memungkinkan guru dapat memanfaatkan papan tulis dan beberapa spidol
warna
Contoh bacaan mad
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2)
Tahap Pelaksanaan
(a) Jelaskan
pengertian mad beserta ketentuan hukumnya
(b) Bimbinglah
siswa untuk berkonsentrasi memperhtikan huruf-huruf dan tanda-tanda bacaan mad;
media yang digunakan adalah bagan-bagan bertuliskan huruf-huruf dan tanda-tanda
bacaan mad yang telah dipersiapkan
(c) Bacaan
contoh dan penerapannya dalam Al-Qur’an
(d) Awali
dengan mengajarkan cara menerapkan bacaan mad
dari huruf ( )
(e) Pastikan
bahwa seluruh murid telah mampu menerapkan bacaan mad beserta ketentuan
hukumnya,dan mampu menerapkannya dalam membaca Al-Qur’an
(f) Ciptakan
suasana yang kondusif dan menyenangkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan
(g) Yakinkan
bahwa semua siswa mengikuti jalannya pembelajaran penerapan mad dengan
memperhatikan ujaran yang dilakukan seluruh siswa
(h) Berikan
kesempatan terbanyak kepada siswa untuk secara aktif menerapkan bacaan mad.
3)
Tahap Mengakhiri
Apabila pelaksanaan
pembelajaran mengidentifikasikan dan menerapkan tanda bacaan ghunnah telah
selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan
penugasan yang berkaitan dengan penerapan bacaan mad dalam membaca ayat Al-Qur’an
d.
Desain
Pembelajaran Menerapkan Bacaan Idgham dan Iqlab
Dalam mengajarkan
penerapan bacaan Idgham dan Iqlab ini ada beberapa hal yang harus dilakukan,
baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaannya.
1)
Tahap Persiapkan
(a) Persiapan
pengetahuan mengenai penerapan bacaan Idgham dan Iqlab ini dengan baik
(b) Menyiapkan
alat bantu. Alat bantu dapat di persiapkan secara bertingkat. Untuk madrasah
yang menyediakan alat multimedia, maka guru dapat memanfaatkannya. Alat
multimedia yang dapat digunakan adalah (a) komputer/Laptop; (b) televisi VCD player; (c) Tape dan kaset atau CD. Jika
tidak ada guru dapat membuat kertas karton yang berisi penerapan bacaan Idgham
dan Iqlab
a.
Bacaan idgham
Contoh
penerapan cara dan baca
|
|
|
|
|
|
b.
Bacaan Iqlab
Iqlab ( )
yaitu apabila ada nun mati ( ) atau tanwin ( ) bertemu dengan huruf ( )
maka bunyi dalam bacaannya menjadi “M” ( ). Dalam Al-Qur’an terkadang diberi
symbol/tanda ( ) kecil diatas huruf ( ) nya.
Contoh penerapan dan ar
abaca iqlab ( ) yaitu:
|
|
|
|
|
|
2)
Tahap Pelaksanaan
(a) Jelaskan
pengertian idgham dan iqlab beserta ketentuan hukumnya
(b) Bimbinglah
siswa untuk berkonsentrasi memperhtikan huruf-huruf dan tanda-tanda bacaan
idgham dan iqlab; media yang digunakan adalah bagan-bagan bertuliskan
huruf-huruf dan tanda-tanda bacaan idgham dan iqlab yang telah dipersiapkan.
(c) Bacaan
contoh dan penerapannya dalam Al-Qur’an
(d) Awali
dengan mengajarkan cara menerapkan bacaan idgham dan iqlab
(e) Pastikan
bahwa seluruh murid telah mampu menerapkan bacaan idgham dan iqlab
(f) beserta
ketentuan hukumnya,dan mampu menerapkannya dalam membaca Al-Qur’an
(g) Ciptakan
suasana yang kondusif dan menyenangkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan
(h) Yakinkan
bahwa semua siswa mengikuti jalannya pembelajaran penerapan idgham dan iqlab
(i)
Dengan memperhatikan
ujaran yang dilakukan seluruh siswa
(j)
Berikan kesempatan
terbanyak kepada siswa untuk secara aktif menerapkan bacaan idgham dan iqlab
3)
Tahap Mengakhiri
Apabila
pelaksanaan pembelajaran mengidentifikasikan dan menerapkan tanda bacaan idgham
dan iqlab telah selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan
memberikan penugasan yang berkaitan dengan penerapan bacaan mad dalam membaca ayat Al-Qur’an.
e.
Desain
Pembelajaran Menerapkan Bacaan Idzhar dan Ikhfa’
Dalam mengajarkan
penerapan bacaan Idzhar dan Ikhfa’ ini ada beberapa hal yang harus dilakukan,
baik pada tahap persiapan maupun pada tahap pelaksanaannya
1)
Tahap Persiapan
(a) Persiapan
pengetahuan mengenai penerapan bacaan Idzhar dan Ikhfa’ini dengan baik
(b) Menyiapkan
alat bantu. Alat bantu dapat di persiapkan secara bertingkat. Untuk madrasah
yang menyediakan alat multimedia, maka guru dapat memanfaatkannya. Alat
multimedia yang dapat digunakan adalah (a) komputer/Laptop; (b) televisi VCD player; (c) Tape dan kaset atau CD. Jika
tidak ada guru dapat membuat kertas karton yang berisi penerapan bacaan Idzhar
dan Ikhfa’
Contoh
bagan bacaan Idzhar dan Ikhfa’
a.
Bacaan Idzhar
|
|
|
|
|
|
|
|
|
b.
Bacaan Ikhfa’
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2)
Tahap Persiapan
(a) Jelaskan pengertian beserta ketentuan hukumnya
Idzhar dan Ikhfa’
(b) Bimbinglah
siswa untuk berkonsentrasi memperhtikan huruf-huruf dan tanda-tanda bacaan
Idzhar dan Ikhfa’; media yang digunakan adalah bagan-bagan bertuliskan
huruf-huruf dan tanda-tanda bacaan Idzhar dan Ikhfa’ yang telah dipersiapkan
(c) Bacaan
contoh dan penerapannya dalam Al-Qur’an
(d) Awali
dengan mengajarkan cara menerapkan bacaan Idzhar dan Ikhfa’
(e) Pastikan
bahwa seluruh murid telah mampu menerapkan bacaan Idzhar dan Ikhfa’
(f) serta
ketentuan hukumnya,dan mampu menerapkannya dalam membaca Al-Qur’an
(g) Ciptakan
suasana yang kondusif dan menyenangkan dengan menghindari suasana yang
menegangkan
(h) Yakinkan
bahwa semua siswa mengikuti jalannya pembelajaran penerapan Idzhar dan Ikhfa’
(i)
Dengan memperhatikan
ujaran yang dilakukan seluruh siswa
(j)
Berikan kesempatan
terbanyak kepada siswa untuk secara aktif menerapkan bacaan Idzhar dan Ikhfa’
4)
Tahap Mengakhiri
Apabila pelaksanaan
pembelajaran mengidentifikasikan dan menerapkan tanda bacaan telah Idzhar dan
Ikhfa’ selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan
penugasan yang berkaitan dengan penerapan bacaan mad dalam membaca ayat Al-Qur’an.
D.
Evaluasi
Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dan Hadits
Cara dan bentuk evalusai
proses dan hasil didasarkan pada rumusan indicator yang sudah dirumuskan dalam
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
1.
Penilaian Proses
Bentuk evaluasi yang tepat
untuk dipakai menilai keberhasilan proses pembelajaran materi membaca Al quran
dan hadits adalah dengan tehnik unjuk kerja dan menggunakan daftar penilaian
sebagai instrumennya untuk mengetahui seberapa lancer dan bagus pembacaan siswa
terhadap Al quran dan hadits.
Contoh bentuk kartu
penugasan:
a.
Penugasan Membaca
Al-Quran:
KARTU
BUKTI MEMBACA AL-QUR’AN
|
Nama
Siswa:
Nama
Surat :
Saya
telah membaca surat……………..
Pada
tanggal……………………………
Tanda
tangan
Orang
Tua,
……………
|
b. Penugasan
Membaca Hadits:
KARTU BUKTI MEMBACA HADITS
|
Nama
Siswa :
Tema
Hadits :
Saya
telah membaca hadits…………………….
Pada
tanggal……………………………………
Tanda
tangan
Orang
Tua,
……………
|
Contoh format penilaian
kemampuan membaca Al-Qur’an dan Hadits.
a. Penilaian
membaca Al-Qur’an
Membaca Surat At-tin
No.
|
Nama
siswa
|
Nilai
Kemampuan Membaca
|
Nilai
Total
|
||
(A)
Tajwid
|
(B)
Makhraj
|
(C)
Lancar
|
|||
1
|
Abdul
Aziz
|
90
|
80
|
90
|
87
|
2
|
Siti
Aisyah
|
90
|
90
|
90
|
90
|
·
Komponen kemampuan
baca dengan tajwid:
90-100 = Sesuai
kaidah tajwid
70-89 = kaidah
tajwid tidak sempurna
50-69
= banyak terjadi kesalahan
penerapan kaidah tajwid
0
= sama sekali tidak
bias menerapkan kaidah tajwid
·
Komponen kesesuaian
makhraj:
90-100 = Fasih
70-89 = Kurang fasih
50-69 = Tidak fasih
0
= Tidak mampu mengidentifikasi huruf hijaiyah
·
Komponen kelancaran
membaca:
90-100 = Lancar
70-89 = Kurang lancar
50-69 = Tidak lancar
0
= Tidak mampu mengidentifikasi
huruf hijaiyah
Nilai Total kemampuan =
(A+B+C): 3
Nilai:
< 60 = kurang
60-69 = cukup
70-89 = baik
90-100 = sangat baik
b.
Penilaian membaca
hadits
No.
|
Nama
siswa
|
Nilai
Kemampuan Membaca
|
Nilai
total
|
|
(B)
Makhraj
|
(C)
Lancar
|
|||
1
|
Rahlil
Utama
|
80
|
90
|
85
|
2
|
Sri
Rahayu
|
90
|
90
|
80
|
·
Komponen kesesuaian
makhraj:
90-100 = Fasih
70-89 = Kurang fasih
50-69 = Tidak fasih
1
= Tidak mampu
mengidentifikasi huruf hijaiyah
·
Komponen kelancaran
membaca:
90-100 = Lancar
70-89 = Kurang lancar
50-69 = Tidak lancar
1
= Tidak mampu
mengidentifikasi huruf hijaiyah
Nilai Total kemampuan = (A+B): 2
Nilai:
< 60 = kurang
60-69 =
cukup
70-89 =
baik
90-100 = sangat baik
2.
Penilaian hasil
Bentuk
evaluasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran yang tepat untuk materi ini
adalah tes obyektif dan subjektif dengan tekhnik lisan / tulis. Tes ini akan
dipakai untuk mengukur kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an dan Hadits serta
sikap mereka setelah menguasai cara membaca Al-Qur’an dan Hadits. Oleh karena
itu dibutuhkan latihan-latihan yang bisa membantu siswa untuk menguasai materi
ini dengan lebih baik.
[1]Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: Pustaka
Litera Antarnusa, 2001), hlm 10.
[2]Mawardi Abdullah, Ulumul Qur’an, (Jember: Pustaka Pelajar, 2010), hlm 4.
[3]Muslih, Cara Praktis Belajar Ilmu Tajwid, (Depok: CV Arya Duta, 2013), hlm
9.
[4]Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Jakarta: Penerbit Amzah, 2007), hlm 68.
[5]Achmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departmen Agama Republik Indonesia, 2009), hlm 96.
[6]Muhammad Ridwan, Desain Pembelajaran, (2012) http://seperstar.blogspot.com/2012/04/desain-pembelajaran-muhammad-ridwan.html (diakses pada tanggal 16 Oktober
2013)
[7]Rusmaini, Ilmu Pendidikan, (Palembang: Grafika Telindo Press, 2011), hlm 35.
assalamualaikum.. alhamdulillah makalah di atas sangat membantu.. kalo saya boleh tau, evaluasi/penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan membaca al quran siswa di atas menurut teori siapa dan diambil dari buku karangan siapa ya? saya sedang mengerjakan proposal skripsi tentang meningkatkan kemampuan membaca al qur'an. mohon bantuannya. ditunggu balasan komentarnya, terimakasih.
BalasHapuswa'alaikumsalam.wr.wb. sebelumnya saya mohon maaf kalau balasannya lama ya :), alhamdulillah kalau makalah yang saya buat dapat membantu, evaluasi/ penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan membaca al quran siswa di atas saya ambil dari buku (Achmad Lutfi, Pembelajaran Al-Qur’an dan Hadits, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departmen Agama Republik Indonesia, 2009)). :)
Hapus