Makalah Penelitian Etnografi
BAB II
PENELITIAN ETNOGRAFI
A. Pengertian Penelitian Etnografi
Penelitian etnografi termasuk dalam metode penelitian kualitatif. Penelitian
kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh
melalui prosedur kuantifikasi, perhitungan statistik, atau bentuk cara-cara
lainnya yang menggunakan ukuran angka. Kualitatf berarti sesuatu yang berkaitan
dengan aspek kualitas, nilai atau makna yang terdapat dibalik fakta. Kualitas,
nilai atau maknahanya dapat diungkapkan atau dijelaskan melalui linguistik,
bahasa atau kata-kata.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang pemecahan masalahnya dengan
menggunakan data empiris. Metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada
kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif/ kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna dari pada generalisasi.
Kata etnografi berasal dari bahasa yunani “ethos” yang artinya suku
bangsa dan “graphos” yang artinya sesuatu yang ditulis. Menurut
Juliansyah Noor etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem
kelompok sosial. Etnografi merupakan proses dan hasil dari sebuah penelitian.
Sebagai proses, etnografi melibatkan pengaatan yang cukup panjang terhadap
suatu kelompok, dimana dalam pengamatan ini peneliti terlibat dalam keseharian
hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok
tersebut. Menurut Creswell, Etnography is a
qualitative strategy in which the researcher studies an intact cultural group
in a natural setting over a prolonged period of time by collecting primarily
observational and interview data.
Menurut Emzir, etnografi adalah suatu bentuk penelitian yang berfokus pada
makna sosiologi melalui observasi lapangan tertutup dari fenomena
sosiokultural. Para peneliti etnografi memfokuskan penelitiannya pada suatu
masyarakat (tidak selalu secara geografis, juga memerhatikan pekerjaan,
pengangguran, dan masyarakat lainnya), pemilihan informan yang mengetahui yang
memiliki suatu pandangan/ pendapat tentang berbagai kegiatan masyarakat.
Para informan tersebut diminta untuk mengidentifikasi informan-informan lainnya
yang mewakili masyarakat tersebut. Informan-informan tersebut diwawancarai
berulang-ulang, menggunakan informasi dari informan-informan sebelumnya untuk
memancing klarifikasi dan tanggapan yang lebih mendalam terhadap wawancara
ulang. Proses ini dimaksudkan untuk melahirkan pemahaman-pemahaman kultural
umum yang berhubungan dengan fenomena yang sedang diteliti.
Jadi, penelitian etnografi adalah salah satu jenis penelitian kualitatif,
dimana peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang
alamiah untuk mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok
tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam
kelompok itu melalui observasi dan wawancara.
B. Karakteristik dan Asumsi-asumsi Dasar Penelitian
Etnografi
Creswell (2012) menjelaskan bahwa seseorang melakukan penelitian etnografi
ketika penelitian kelompok tersebut mampu memberikan pemahaman tentang masalah
yang luas. Seseorang melakukan etnografi ketika memiliki kelompok untuk belajar
berbagi budaya dan telah bersama-sama selama beberapa waktu dan mengembangkan
nilai-nilai kebersamaan, kepercayaan, dan bahasa. Orang tersebut akan menangkap
aturan perilaku seperti ketika guru melakukan hubungan informal berkumpul di
tempat favorit untuk bersosialisasi.
Etnografi mampu memberikan informasi rinci tentang aktivitas sehari-hari,
misalnya seperti pemikiran dan aktivitas komite untuk mencari kepala sekolah
baru. Ketika melakukan peneltian etnografi, peneliti memiliki akses jangka
panjang untuk berbagi budaya dalam kelompok sehingga dapat membuat catatan
rinci tentang perilaku dan keyakinan anggota kelompok dari waktu ke waktu.
Dalam
menjalankan penelitiannya seorang etnografer harus membangun hubungan yang
dekat dengan partisipan dari objek komunitas penelitiannya. Seperti contoh
etnografer Jonathan, meneliti komunitas kulit hitam di Bronx, dia juga ikut
tinggal di sana selama beberapa bulan untuk bisa menyelami kehidupan mereka.
Mereka pun mulai percaya pada Jonathan dan mau berbagi mengenai perasaan
terdalam mereka dan pandangan mereka tentang kemiskinan dan perbedaan warna
kulit.
Penelitian
etnografi meneliti suatu proses dan hasil akhir. Akhir dari penelitian adalah
membuat tulisan yang kaya akan gambaran detail dan mendalam mengenai objek
penelitan (thick description). Sebagai penelitian suatu proses,
seorang etnografer melakukan participant observation, di mana seorang
peneliti melakukan eksplorasi terhadap kegiatan hidup sehari-hari dari objek
kelompoknya, melakukan pengamatan dan mewawancarai anggota kelompok dan
terlibat di dalamnya. Participant obeservation juga berarti bahwa
peneliti ikut terlibat dan ikut berperan dalam pengamatan.
Untuk
keperluan penelitian ini seorang etnografer memelukan seorang key informant
atau gatekeeper yang bisa membantu menjelaskan dan masuk ke dalam kelompok
tersebut. Selain itu seorang etnografer harus mempunyai sensitivitas tinggi
terhadap partisipan yang sedang ditelitinya, karena bisa jadi peneliti belum
familiar terhadap karakteristik mereka.
Berikut ini
aspek atau karakteristik etnografi baik yang dirangkum dari Wolcott dan Gay,
Mills dan Airasian.
1.
Berlatar alami bukan eksperimen di
laboratorium.
2.
Peneliti meneliti tema-tema budaya
tentang peran dan kehidupan sehari-hari seseorang.
3.
Interaksi yang dekat dan tatap muka
dengan partisipan.
4.
Mengambil data utama dari pengalaman
di lapangan.
5.
Menggunakan berbagai metode
pengumpulan data seperti wawancara, pengamatan, dokumen, artifak dan material
visual.
6.
Peneliti menggunakan deskripsi dan
detail tingkat tinggi.
7.
Peneliti menyajikan ceritanya secara
informal seperti seorang pendongeng.
8.
Menekankan untuk mengekplorasi fenomena
sosial bukan untuk menguji hipotesis.
9.
Format keseluruhannya adalah
deskriptif, analisis dan interpretasi.
10.
Artikel diakhir dengan sebuah
pertanyaan.
Menurut Nur
Syam, ciri-ciri penelitian etnografi adalah sebagai berikut.
1.
Deskripsi etnografis sepenuhnya disusun sesuai dengan pandangan, pengalaman
warga pribumi (emic view).
2.
Memanfaatkan metode wawancara mendalam dan observasi terlibat.
3.
Peneliti tinggal di lapangan untuk
belajar tentang budaya yang dikajinya.
4.
Analisis datanya bercorak menyeluruh
(holistik) yaitu menghubungkan antarasuatu fenomena budaya dengan fenomena
budaya lainya atau menghubungkan antara suatu konsep dengan konsep lainnya.
Karakter
khas dari metode etnografi semakin menjadi jelas, ketika asumsi-asumsi yang
dibangun dan dimiliki etnografi mengarah pada pemahaman terhadap keberadaan/ peran/
makna budaya dalam sebuah masyarakat.
Beberapa asumsi yang
menjadi dasar penelitian etnografi adalah sebagai berikut.
1.
Etnografi mengasumsikan
kepentingan penelitian yang prinsip utama dipengaruhi oleh pemahaman kultural
masyarakat.
Metodologi secara sungguh-sungguh menjamin bahwa pemahaman kultural umum
akan diidentifikasi untuk kepentingan peneliti. Interprestasi tepat menempatkan
tekanan besar pada kepentingan kausal dari pemahaman kultural seperti itu.
Terdapat suatu kemungkinan bahwa fokus etnografi akan mempertimbangkan secara
berlebihan peran persepsi budaya dan tidak mempertimbangkan peran kausal
kekuatan-kekuatan objektif.
2.
Etnografi mengasumsikan
suatu kemampuan mengidentifikasi masyarakat yang relevan dari kepentingan. Dalam
banyak latar, ini mungkin menjadi sulit. Msyarakat, organisasi formal, kelompok
nonformal, dan persepsi tingkat lokal semuanya mungkin memainkan peran dalam
subjek yang diteliti, dan kepentingan ini mungkin bervariasi menurut tempat,
waktu dan masalah. Terdapat suatu kemungkinan bahwa fokus etnografi mungkin
secara berlebihan memandang peran budaya masyarakat dan tidak memberikan
pandangan pada peran kausal dari kekuatan psikologis individual atau bagian
masyarakat.
3.
Etnografi mengasumsikan
peneliti mampu memahami kelebihan kultural dari masyarakat yang diteliti,
menguasai bahasa atau jargon teknis dari kebudayaan tersebut, dan memiliki
temuan yang didasarkan pada pengetahuan komprehensif dari budaya tersebut.
Terdapat suatu bahasa bahwa peneliti mungkin memasukan pandangan budayanya
sendiri.
C. Prinsip-prinsip Metodologi Penelitian Etnografi
Hammersley (1990) mengemukakan tiga prinsip Metodologi yang digunakan untuk
menyediakan dasar pemikiran terhadap corak metode etnografi yang spesifik.
Prinsip-prinsip ini dijadikan dasar untuk mengkritik tentang kegagalan
penelitian kuantitatif, karena bersandar pada apa yang dikatakan orang bukan
apa yang dilakukan.
Ketiga prinsip tersebut adalah naturalisme, pemahaman dan penemuan dengan
uraian sebagai berikut.
1.
Naturalisme
Merupakan pandngan
bahwa tujuan penelitian sosial adalah untuk menangkap karakter perilaku manusia
yang muncul secara alami dan ini hanya dapat diperoleh melalui kontak langsung
dengannya, bukan melalui inferensi dari apa yang dilakukan orang dalam latar
buatan seperti eksperimen atau apa yang mereka katakan dalam wawancara tentang
apa yang mereka lakukan. Ini adalah alasan bahwa ahli etnografi melakukan
penelitian mereka dalam latar “alami” latar yang ada kebebasan proses
penelitian, bukan dalam latar yang secara spesifik dibuat untuk tujuan
penelitian.
2.
Pemahaman
Yang sentral di sini adalah
alasan bahwa tindakan manusia yang berbeda dari perilaku objek fisik, bahkan
dari makhluk lainnya, tindakan tersebut tidak hanya berisi tanggapan stimulus,
tetapi meliputi interprestasi terhadap stimulus dan konstruksi tanggapan. Dari
titik pandang ini, jika Anda mampu menjelaskan tindakan manusia secara
perspektif kultural yang mendasarinya. Ketika Anda meneliti suatu masyarakat
yang asng bagi Anda, karena Anda akan banyak menemukan kebingungan mengenai apa
yang anda lihat dan Anda degar. Namun ahli etnografi beralasan bahwa penting
bagi Anda untuk meneliti meneliti latar yang lebih Anda kenal.
3.
Penemuan
Corak lain dari
pemikiran etngrafi adalah konsepsi proses penelitian sebagai induktif atau
berdasarkan temuan, daripada dibatasi pada pengujian hipotesis secara
eksplisit. Itu beralasan bahwa jika seseorang mendekati suatu fenomena dengan
suatu set hipotesis, mungkin dia gagal menemukan hakikat fenomena tersebut
sebenarnya dibutakan oleh asumsi yang dibangun ke dalam hipotesis tersebut.
Fokus penelitian dibatasi dan dipertajam, dan barangkali berubah secara
substansial sebagaimana ia berproses. Dengan cara yang sama, ide-ide teoretis
yang mebingkai deskripsi dan penjelasan tentang apa yang diamati dikembangkan
setelah penelitian selesai. Ide-ide semacam itu dianggap sebagai hasil yang
berharga, bukan prasyarat penelitian.
D. Jenis Penelitian Etnografi
Menurut
Creswell, penelitian etnografi dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu etnografi
realis dan etnografi kritis.
1.
Etnografi
Realis
Etnografi realis mengemukakan suatu kondisi objektif
suatu kelompok dan laporannya biasa ditulis dalam bentuk sudut pandang sebagai
orang ke-3. Seorang etnografi realis menggambarkan fakta detail dan melaporkan apa yang
diamati dan didengar dari partisipan kelompok dengan mempertahankan
objektivitas peneliti.
2.
Etnografi
Kritis
Pendekatan etnografi kritis ini merupakan penelitian
yang mencoba merespon isu-isu sosial yang sedang berlangsung misalnya dalam
masalah gender, emansipasi, kekuasaan, ketidaksamaan hak, pemerataan dan lain
sebagainya.
E.
Prosedur
Penelitian Etnografi
Peneliti
etnografi secara umum mempunyai kesamaan dengan seseorang penjelajah yang
mencoba memetakan suatu wilayah hutan belantara. Penjelajah memulai dengan
suatu masalah umum, megidentifikasi wilayah tersebut.
Menurut
Creswell, walau tidak ada satu cara saja dalam meneliti etnografi namun secara
umum prosedur penelitian etografi adalah sebagai berikut.
1.
Menentukan apakah masalah penelitian
ini adalah paling cocok didekati dengan studi etnogafi. Seperti telah kita
bahas di atas bahwa etnografi menggambarkan suatu kelompok budaya dengan
mengekloprasi kepercayaan, bahasa dan perilaku (etnografi realis);
atau juga mengkritisi isu-isu mengenai kekuasaan, perlawanan dan dominansi (etnografi
kritis).
2.
Mengidentifikasi dan menentukan
lokasi dari kelompok budaya yang akan diteliti. Kelompok sebaiknya gabungan
orang-orang yang telah bersama dalam waktu yang panjang karena disini yang akan
diteliti adalah pola perilaku, pikiran dan kepercayaan yang dianut secara
bersama.
3.
Pilihlah tema kultural atau isu yang
yang akan dipelajari dari suatu kelompok. Hal ini melibatkan analisis dari
kelompok budaya.
4.
Tentukan tipe etnografi yang cocok
digunakan untuk memlajari konsep budaya tersebut. Apakah etnografi realis
ataukah etnografi kritis.
5.
Kumpulkan informasi dari lapangan
mengenai kehidupan kelompok tersebut. Data yang dikumpulkan bisa berupa
pengamatan, pengukuran, survei, wawancara, analisa konten, audiovisual, pemetaan
dan penelitian jaringan. Setelah data terkumpul data tersebut dipilah-pilah dan
dianalisa.
6.
Yang terakhir tentunya tulisan
tentang gambaran atau potret menyeluruh dari kelompok budaya tersebut baik dari
sudut pandang partisipan maupun dari sudut pandang peneliti itu sendiri.[9]
Peneliti etnografi digambarkan sama dengan
seorang penjelajah. Penjelajah memulai dengan suatu masalah umum,
mengidentifikasi ciri-ciri utama dari wilayah tersebut; peneliti etnografi ingin
mendeskripsikan wilayah kultural. Kemudian penjelajah mulai mengumpulkan
informasi, menapak berjalan pertama satu arah, kemudian barangkali menyelidiki
rute tersebut, selanjutnya memulai penyelidikan satu arah baru. Pada penemuan
sebuah danau di tengah sebuah hutan berpohon-pohon besar, penjelajah mungkin
berjalan mengelilinginya, kemudian berjalan melewati daerah yang sudah dikenal
untuk mengukur jarak danau dari tepi hutan tersebut. Penjelajah akan sering
membaca kompas, memeriksa arah matahari, membuat catatan tentang tanda-tanda
yang menonjol, dan menggunakan umpan balik dari setiap pengamatan untuk
memodifikasi informasi awal. Setelah beberapa minggu penyelidikan, penjelajah
mungkin mengalami kesulitan menjawab pertanyaan “Apa yang telah kamu temukan?”
Seperti seseorang peneliti etnografi, penjelajah mencari untuk mendeskripsikan
suatu area hutan belantara daripada berusaha menemukan sesuatu.
Menurut Spradley (1980) dalam praktik penelitian nyata perbedaan ini dapat diungkapkan dalam dua pola penelitian.
Sementara para peneliti ilmu sosial cenderung mengikuti penyelidikan pola “linear”,
peneliti etnografi cenderung mengikuti pola “siklus”
1)
Urutan Linear dalam Penelitian Ilmu Sosial
McCord & McCord (1958) dalam penelitiannya tentang kriminalitas,
mengikuti prosedur urutan linear. Mereka menyusun suatu prosedur
penelitian untuk melihat apakah model peranan orang tua memengaruhi anak-anak
untuk mengatasi perilaku kriminal atau menghindari perilaku tersebut. Semua
detail dari penelitian mereka tidak perlu dipertimbangkan untuk mengikuti
urutan linear dari aktivitas ringkas berikut.
-
Tahap pertama: mendefinisikan suatu masalah penelitian. McCord mulai dengan mendefinisikan masalah penelitian sebagai hubungan
antara lingkungan keluarga dengan penyebab kajahatan.
-
Tahap kedua: merumuskan hipotesis.
Peneliti merumuskan sejumlah hipotesis penelitian tentang hubungan antara sikap
orang tua, perilaku, dan disiplin terhadap aktivitas kriminal (atau absen dari
aktivitas tersebut) dari anak-anak. Sebagai contoh, mereka menghipotesiskan
bahwa jika orang tua laki-laki menyimpang (kriminal, kacau), penyimpangan mereka
akan tercermin dalam kriminalitas di antara anak-anak, dan “anak-anak akan
meniru orang tua laki-laki yang menyimpang, jika orang tua laki-laki
menunjukkan rasa kasih sayang terhadap mereka.”
-
Tahap ketiga: membuat
definisi operasional. Penelitian mendefinisikan kata-kata, frase seperti
“penyimpangan” dan “model peran orang tua” dalam istilah-istilah spesifik yang
memungkinkan peneliti setuju bila mereka mengidentifikasi perilaku menyimpang.
-
Tahap keempat: merancang
instrumen penelitian. Penelitian menggunakan data yang telah dikumpulkan
sebelumnya dari wawancara dan observasi. Instrumen utama pada saat penelitian
adalah suatu set instruksi peringkat yang digunakan oleh “rater” yang membaca
lewat data awal ini. Instrument tidak dapat dirancang hingga tahap satu sampai
tahap tiga dilakukan.
-
Tahap kelima: mengumpulkan
data. Ini dilakukan dengan menggunakan satu kelompok rater independen.
-
Tahap keenam:
menganalisis data. Data kemudian dipertentangkan dengan hipotesis dan diuji
untuk temuan baru yang tidak berhubungan dengan hipotesis.
-
Tahap ketujuh: menggambarkan kesimpulan. Banyak kesimpulan ditarik dari penelitian, termasuk, sebagai contoh,
penyimpangan mahasiswa tercermin dalam perilaku kriminal di kalangan anak-anak.
-
Tahap kedelapan: melaporkan hasil. Bila analisis sudah lengkap, dan kesimpulan sudah digambarkan, McMord
kemudian menulis hasilnya untuk publikasi.
Penelitian etnografi jarang menggunakan prosedur linear semacam ini;
tugas-tugas utama mengikuti semacam pola siklus, selalu mengulangi. Berikut akan dibicarakan masing-masing aktivitas utama dalam siklus ini.
2)
Siklus Penelitian Etnografi
Menurut Spradley (1980) sebagaimana
dikutip oleh Emzir prosedur penelitian etnografi bersifat siklus, bukan
bersifat urutan linear dalam penelitian ilmu sosial. Prosedur siklus penelitian
etnografi mencakup enam langkah: (1) pemilihan suatu proyek etnografi, (2)
pengajuan pertanyaan etnografi, (3) pengumpulan data etnografi, (4) pembuatan
suatu rekaman etnografi, (5) analisis data etnografi, dan (6) penulisan sebuah
etnografi. Berikut uraiannya masing-masing.
a.
Pemilihan Suatu Proyek Etnografi
Siklus dimulai dengan pemilihan suatu proyek etnografi. Barangkali yang
pertama peneliti etnografi mempertimbangkan ruang lingkup dari penyelidikan
mereka. Wolcott (1967) memilih desa Kwakiutl di British Columbia dengan sebuah
populasi standar 125 orang. Studi Hicks tentang Little Valley (1976) difokuskan
pada penyelesaian yang berbeda dengan populasi total standar 1300 orang.
Spradley dkk. melakukan penelitian etnografi pada suatu daerah kecil perkotaan
(Spradley dan Mann, 1975). Orcar Lewist mengahabiskan beberapa tahun meneliti
sebuah keluarga tunggal (1963). Ruang lingkup penelitian dapat berjarah
sepanjang satu kontinum dari etnografi makro ke etnografi mikro
b.
Pengajuan Pertanyaan Etnografi
Pekerjaan lapangan etnografi dimulai ketika Anda mulai mengajukan
pertanyaan etnografi. Itu memperlihatkan bukti yang cukup ketika pelaksanan
wawancara, tetapi obsevasi yang sangat sederhana dan entri catatan lapangan pun
melibatkan pengajuan pertanyaan. Anggap untuk sementara Anda mulai menaiki
sebuah bis kota sebagai seseorang etnografi. Bis berhenti pada sebuah
persimpangan yang sibuk dan Anda mengamati sebagai orang pemilik bis, pintu
tertutup, dan pengemudi mengarahkan bis memasuki persimpangan tersebut. Anda
menunggu hingga setiap orang mendapat tempat duduk, kemudian mencatat
pertanyaan berikut dalam catatan Anda: “Tiga orang naik bis di halte bis
Snelling Avenue, seorang wanita dan dua anak laki-laki. Masing-masing di antara
mereka pergi ke tiga tempat duduk kosong terpisah dan semua memilih tempat
dekat pintu”. Anda dapat menjawab beberapa pertanyaan implicit, pertanyaan Anda
ajukan tanpa realisasinya.
1)
Siapa yang naik bis?
2)
Apa jenis kelamin dan berapa usia penumpang yang baru?
3)
Apa yang mereka lakukan setelah naik bis?
4)
Di mana setiap orang duduk?
Sebagai pengganti pertanyaan
di atas Anda dapat mengajukan pertanyaan sperti: “berapa tinggi setiap
penumpang baru? Apa yang diapaki oelh setiap penumpang? Di mana setiap orang
terlihat bergerak turun ke jalan? Pertanyaan ini akan menuntun ke arah entri yang
berbeda dalam catatan lapangan Anda.
Dalam format penelitian sosial
yang paling umum, pertanyaan yang diajukan oleh peneliti cenderung datang dari
luar pemandangan budaya. Para peneliti dari suatu pandangan budaya tertentu
(ilmu sosial profesional) menggambarkan pada kerangka referensi. Mereka untuk
merumuskan pertanyaan. Mereka kamudian memandang budaya yang lain untuk melakukan
wawancara atau observasi. Tanpa merealisasikannya merka cenderung berasumsi bahwa pertanyaan dan
jawaban merupakan unsure-unsur yang terpisah dalam pemikiran manusia.
Pertanyaan selalu mengimplikasikan jawaban. Pertanyaan dari jenis apa pun
selalu mengimplikasikan pertanyaan. Ini benar, bahkan ketika pertanyaan atau
jawaban tidak dinyatakan. Dalam melakukan observasi partisipan untuk tujuan
etnografi, sebaik mungkin, kedua pertanyaan dan jawaban harus ditemukan dalam
situasi sosial yang akan diteliti.
Terdapat tiga jenis utama
pertnyaan etnografi, masing-masing mengarah pada jenis observasi yang berbeda
di lapangan. Semua jenis etnografi mulai dengan “pertanyaan deskriptif” umum/ luas seperti “Siapa orang yang ada di sini?” “Apa yang mereka
lakukan?”, dan “Apa latar fisik dari situasi sosial ini?” Kemuadian, setelah
penggunaan jenis pertanyaan ini untuk menuntun observasi anda, dan setelah
analisis data awal, Anda akan menggunakan “pertanyaan structural” dan
“pertanyaan kontras” untuk penemuan. Ini akan membimbing Anda membuat observasi
lebih terfokus.
Dalam sebuah etnografi
seseorang dapat mengajukan seub-sub pertanyaan yang berhubnungan dengan (a)
suatu deskripsi tentang konteks, (b) analisis tentang tema-tema utama, dan (c)
interpretasi perilaku kultural (Wolcott, 1994, dalam Creswell, 1998: 104).
Sebagai alternative subpertanyaan topical ini dapat mencerminkan 12 langkah
Spradley dalam Decision Research Sequencenya sebagai berikut.
-
Apa situasi sosial yang akan diteliti? (Memilah suatu situasi sosial)
-
Bagaimana seseorang melakukan observasi terhadap situasi tersebut?
(Melakukan observasi partisipan)
-
Apakah yang sudah terekan tentang situasi tersebut? (Membuat rekaman
etnografi)
-
Apakah yang sudah teramati tentang situasi tersebut? (Melakukan observasi
deskriptif)
-
Apakah domain cultural yang muncul dari studi situasi tersebut? (Melakukan
analisi domain)
-
Apakah lebih spesifik, observasi terfokus dapat dibuat? (Melakukan analisis terfokus)
-
Apa taksonomi yang tampak dari
observasi terfokus tersebut? (melakukan analisis taksonomi)
-
Melihat secara lebih selektif, observasi apa yang dapat dilakukan?
(Melakukan observasi selektif)
-
Apa komponen-komponen yang muncul dari observasi tersebut? (Melakukan
analisis komponen)
-
Apa tema-tema yang tampak? (Melakukan observasi selektif)
-
Apa inventori cultural yang tampak? (Mengambil inventori cultural)
-
Bagaimana seseorang dapat menulis etnografi? (Menulis sebuah etnografi)
(Creswell. 1998: 104 dan Spradley, 1980: 103)
c.
Pengumpulan Data Etnografi
Tugas utama kedua dalam siklus penelitian etnografi adalah pengumpulan data
etnografi. Dengan cara observasi partisipan, Anda akan mengamati aktivitas
orang, karakteristik fisik situasi sosial, dan apa yang akan menjadi bagian
dari temat kejadian. Selama pelaksanaan pekerjaan lapangan, apakah seseorang
mempelajari sebuah desa suku tertentu untuk satu tahun atau pramugari pesawat
udara untuk beberapa bulan, jenis observasi akan berubah. Anda akan mulai
dengan melakukan observasi akan berubah. Anda akan mulai dengan melakukan
observasi deskriptif secara umum, mencoba memperoleh suatu tinjuan terhadap situasi
sosial dan yang terjadi di sana. Kemudian setelah perekaman dan analisis data
awal Anda, Anda dapat mempersempit penelitian Anda dan mulai melakukan
observasi ulang di lapangan, Anda akan mempu mempersempit penyelidikan Anda
untuk melakukan observasi selektif. Walaupun observasi Anda semakin terfokus,
Anda akan selalu melakukan observasi deskriptif umum hingga akhir studi
lapangan Anda. Tiga jenis observasi ini berhubungan dengan tiga jenis
pertanyaan etnografi.
d.
Pembuatan Rekaman Etnografi
Langkah berikutnya dalam siklus penelitian etnografi adalah membuat rekaman
atau catatan etnografi. Tahap ini mencakup pengambilan catatan lapangan.
Pengambilan foto, pembuatan peta, dan penggunaan cara-cara lain untuk merekam
observasi Anda. Rekaman etnografi ini membangun sebuah jembatan antara
observasi dan analisis. Memang, sebagian besar analisis Anda akan sangat
tergantung pada apa yang telah Anda rekam.
e.
Analisis Data Etnografi
Langkah berikutnya dalam siklus tidak dapat menunggu hingga terkumpul
banyak data. Dalam penelitian etnografi, analisis merupakan suatu proses
penemuan pertanyaan. Sebagai pengganti datang ke lapangan dengan pertanyaan
spesifik, peneliti etnografi menganalisis data lapangan yang dikumpulkan dari
observasi partisipan untuk menemukan pertanyaan. Anda perlu menganalisis
catatan-catatan lapangan Anda setelah setiap periode pekerjaan lapangan untuk
mengetahui apa yang akan dicari dalam periode berikutnya dari obsevasi
partisipan. Terdapat empat jenis analisis, yaitu analisis domain, analisis taksonomi,
analisis komponen, dan analisis tema.
Analisis domain, yaitu memperoleh gambaran umum dan menyeluruh dari objek
penelitian atau situasi sosial. Melalui pertanyaan umum dan pertanyaan rinci
peneliti menemukan berbagai kategori atau domain tertentu sebagai pijakan
penelitian selanjutnya. Semakin banyak domain yang dipilih, semakin banyak
waktu yang diperlukan untuk penelitian.
Analisis taksonomi, yaitu menjabarkan domain-domain yang dipilih menjadi
lebih rinci untuk mengetahui struktur internalnya. Hal ini dilakukan dengan
melakukan pengamatan yang lebih terfokus.
Analisis komponensial, yaitu mencari
cirri spesifik pada setiap struktur internal dengan cara mengontraskan
antarelemen. Hal ini dilakukan melalui observasi dan wawancara terseleksi
melalui pertanyaan yang mengontraskan.
Analisis tema budaya, yaitu mencari hubungan di antara domain dan hubungan
dengan keseluruhan, yang selanjutnya dinyatakan ke dalam tema-tema sesuai
dengan fokus dan subfokus penelitian.
Seorang peneliti etnografi berpengalaman dapat melakukan bentuk-bentuk
analisis berbeda ini secara simultan selama periode penelitian. Peneliti pemula
dapat melakukannya dalam urutan, belajar melakukan masing-masing dalam putaran
sebelum bergerak ke analisis berikutnya. Observasi partispan dan perekaman
catatan lapangan, selalu diikuti oleh pengumpulan data, yang mengarah pada
penemuan pertanyaan etnografi baru, pengumpulan data, catatan lapangan, dan
analisis data lebih lanjut. Demikianlah siklus berlanjut hingga proyek
penelitian mendekati sempurna.
f.
Penulisan Sebuah Etnografi
Tugas utama terakhir dalam siklus penelitian etnografi muncul ke arah akhir
dari proyek penelitian. Walupun demikian, itu dapat pula mengarah pada
pertanyaan-pertanyaan baru dan observasi-observasi lebih lanjut. Penulisan
sebuah etnografi memaksa penyelidik ke dalam suatu jenis analisis yang lebih
intensif.
Penelitian etnografi melibatkan suatu open-ended inquiry; memerlukan
umpan balik yang konstan untuk memberikan arah penelitian. Peneliti etnografi
hanya dapat merencanakan dari awal perjalanan penyelidikan mereka dalam
penertian yang paling umum. Setiap tugas utama dalam tindakan siklus penelitian
sebagai sebuah kompas untuk memelihara Anda di perjalanan. Jika Anda kacaukan
etnografi dengan pola penelitian linear yang lebih tipikal dalam ilmu sosial,
Anda akan berhadapan dengan masalah yang tidak diperlukan. Orang yang berpikir
tentnag etnografi sebagai urutan linear cenderung mengumpulkan catatan lapangan
minggu demi minggu dan segera menjadi berlimpah dengan kumpulan data yang tidak
tersusun. Mereka sulit mengetahui kapan mereka memiliki informasi yang cukup
pada suatu topik. Dan bahkan masalah yang lebih besar muncul ketika mereka
menunggu semua data terkumpul sebelum mulai menganalisis secara intensif. Pertanyaan
baru muncul dari data; seseorang tidak dapat mengajukan pertanyaan ini karena
sulit atau tidak mungkin kembali ke lapangan. Jurang dalam informasi muncul
tanpa jalan untuk mengisi data yang hilang.
Kesadaran terhadap siklus penelitian etnografi dapat memelihara Anda dari
kehilangan jalan bahkan dalam proyek penelitian yang sangat kecil. Melakukan
observasi partisipan secara cepat menceburkan peneliti dalam suatu data primer
yang luas. Itu tidak umum bagi mahasiswa pascasarjana yang melaksanakan hanya
beberapa jam seminggu untuk mengumpulkan sepuluh sampai lima belas halaman
catatan lapangan setiap minggu. Peneliti etnografi yang menghabiskan beberapa
jam sehari melakukan observasi partisipan secara proporsional akan memiliki
sejumlah besar data lapangan.
F.
Masalah Etika dalam Melaksanaan Penelitian Etnografi
Masalah etika dalam etnografi muncul terutama ketika peneliti melakukan
kerja lapangan yaitu saat peneliti mengumpulkan data. Madison (dalam Creswell,
2012: 474) mengingatkan peneliti dengan sebuah pertanyaan “apa implikasi moral
dan etika saat melakukan penelitian lapangan?”. Etika dalam etnografi terkait
tantangan-tantangan di lapangan yang memerlukan negosiasi bagaimana untuk
mendapatkan akses ke orang-orang dan tempat yang akan dipelajari, berapa lama
akan bertempat tinggal, apakah rekaman pembicaraan sehari-hari atau pembicaraan
wawancara yang diambil, dan bagaimana cara berinteraksi dengan saling
menghormati (Ryen dalam Creswell, 2012: 474).
Menurut Madison (dalam Creswell, 2012: 474) etika dalam penelitian
etnografi antara lain yaitu:
1.
Etnografer harus
terbuka dan transparan tentang pengumpulan data. Harus menyampaikan tentang
tujuan penelitian, dampak yang mungkin ditimbulkan, sumber-sumber pendanaan.
2.
Peneliti harus
mempelajari orang-orang atau tempat-tempat dengan rasa hormat, menghindarkan
dari bahaya, menjaga martabat mereka, dan memastikan privasi mereka terjaga.
3.
Peneliti dan peserta
perlu menegosiasikan batas yang berkaitan dengan faktor-faktor ini.
4.
Peneliti etnografi juga
mempunyai tanggung jawab terhadap komunitas ilmiah, seperti tidak menipu salah
satu peserta atau pembaca (misalnya memanipulasi data, mengarang bukti,
memalsukan, menjiplak) atau tidak melaporkan kesalahan.
5.
Penelitian harus
dilakukan dengan rasa hormat agar peneliti lain tidak dilarang memasuki
lingkungan kelompok tersebut di masa yang akan datang.
6.
Peneliti harus
memberikan umpan balik dan memberikan imbalan kepada mereka yang diteliti yang
adil dan mungkin memberikan sesuatu yang sedang dibutuhkan.
7.
Peneliti juga harus
menyadari potensi dampak negatif dari presentasi dan publikasi mereka yang
mungkin ada pada populasi yang diteliti.
G.
Kelebihan dan Kelemahan Penelitian Etnografi
Gall (2003) menemukan beberapa kelebihan dan kelemahan
dari penelitian etnografi.
1.
Kelebihan
Salah satu aspek yang paling berharga yang dihasilkan dari penelitian
etnografi adalah kedalamannya. Karena peneliti berada untuk waktu yang lama,
peneliti melihat apa yang dilakukan orang serta apa yang mereka katakan. Peneliti
dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang orang-orang, organisasi, dan
konteks yang lebih luas. Peneliti lapangan mengembangkan keakraban yang intim
dengan dilema, frustrasi, rutinitas, hubungan, dan risiko yang merupakan bagian
dari kehidupan sehari-hari. Kekuatan yang mendalam dari etnografi adalah yang
paling “mendalam” atau “intensif”. Dari pengetahuan tentang apa
yang terjadi di lapangan dapat memberikan informasi penting untuk perumusan
asumsi penelitian. Secara singkat kelebihan pengunaan penelitian etnografi dijelaskan
di bawah ini, sebagai berikut:
a)
Menghasilkan pemahaman
yang mendalam. Karena yang dicari dalam penelitian ini bukan hal yang tampak,
melainkan yang terkandung dalam hal yang nampak tersebut.
b)
Mendapatkan atau
memperoleh data dari sumber utama yang berarti memiliki tingkat falidasi yang
tinggi.
c)
Menghasilkan deskripsi
yang kaya, penjelasan yang spesifik dan rinci.
d)
Peneliti berinteraksi
langsung dengan masyarakat sosial yang akan diteliti.
e)
Membantu kemampuan
beinteraksi karena menuntut kemampuan bersosialisasi dalam budaya yang ia coba
untuk dijelaskan.
2.
Kelemahan
Salah satu kelemahan utama penelitian etnografi adalah bahwa dibutuhkan
lebih lama waktu daripada bentuk penelitian lainnya. Tidak hanya membutuhkan
waktu lama untuk melakukan kerja lapangan, tetapi juga memakan waktu lama untuk
menganalisis materi yang diperoleh dari penelitian. Bagi kebanyakan orang, ini
berarti tambahan waktu. Kelemahan lain dari penelitian etnografi adalah bahwa
lingkup penelitiannya tidak luas. Etnografi sebuah studi biasanya hanya satu
organisasi budaya. Bahkan keterbatasan ini adalah kritik umum dari penelitian
etnografi, penelitian ini hanya mengarah ke pengetahuan yang mendalam konteks
dan situasi tertentu.
Secara singkat kelemahan pengunaan penelitian etnografi dijelaskan di bawah
ini, sebagai berikut:
a)
Perspektif pengkajian
kemungkinan dipengaruhi oleh kecenderungan budaya peneliti.
b)
Membutuhkan jangka
waktu yang panjang untuk mengumpulkan data dan mengelola data.
c)
Pengaruh budaya yang
diteliti dapat mepengaruhi psikologis peneliti, ketika peneliti kembali
kebudaya asalnya.
d)
Peneliti yang tidak
memiliki kemampuan sosialisasi, terdapat kemungkinan penolakan, dari masyarakat
yang akan diteliti.
H.
Contoh Penelitian Etnografi
Salah satu penelitian
etnografi yang akan dibahas sebagai contoh adalh penelitian Syamsi Setiadi
dalam bidang Pendidikan Bahasa (2003): Tesis S2, PPs UNJ yang dimuat dalam
jurnal Fenoligua, Agustus 2004 Tahun 12, Nomor 2.
1)
Judul Penelitian: “Pengembangan Pembelajaran Bahasa Arab Komunikatif dan Faktor-faktor
yang memppengaruhinya”
2)
Konteks penelitian:
a)
Kedudukan bahasa Arab sebagai bahasa nasional
dan bahasa resmi di 21 negara di Timur Tengah dengan jumlah penutur lebih dari
200 juta orang dan sebagai salah satu bahasa resmi PBB sejak tahun 1973.
b)
Bahasa sebagai bahasa Al-qura’n dan As-sunnah,
memiliki kedudukan istemewa bagi kalangan umat islam seluruh dunia.
c)
Di Indonesia Bahasa Arab
merupakan mata pelajaran wajib lembaga Pendidikan yang berada di bawah
Departemen Agama mulai dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah sampai Perguruan
Tingggi, sebagai mata pelajaran bahasa pilihan di SMA dan sebagai program studi
di berbagai perguruan tinggi Negeri maupun swasta.
3)
Fokus penelitian:
a) Yang menjadi fokus
penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran bahasa Arab komunikatif di MAKN
Model bandar Lampung, dengan subfokus.
b) Pandangan bahasa Arab
dan pembelajaran bahasa Arab
c) Tujuan pembelajaran
bahasa Arab
d) Metode pembelajaran
Bahasa Arab
e) Kemandirian siswa
dalam penguasaan keterampilan Bahasa Arab
f) Faktor-faktor yang
mempengaruhi keterampilan Bahasa Arab
4)
Masalah Penelitian:
a) Bagaimana pandangan
lembaga ini terdapat bahasa Arab dan pembelajarannya?
b) Bagaimana lembaga ini
mengembangkan kegiatan pembelajaran bahasa arab yang bervariasi sesuai dengan
prinsip-prinsip komunikasi bahasa?
c) Bagaimana lembaga
merumuskan tujuan pembelajaran Bahasa Arab dalam mengembangkan empat
keterampilan?
d) Bagaimana peran guru
dalam pembelajaran untuk mengoptimalkan potensi siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran bahasa arab?
e) Bagaimana strategi dan teknik
pembelajaran yang di kembangkan dalam menunjang efektivitas pembelajaran bahasa
arab ?
f) Bagaimana kemandirian siswa
dalam rangka menunjang proses pembelajaran bahasa Arab yang efektif?
g) Faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi efektivitas pembelajaran Bahasa arab di lembaga ini?
5)
Acuan teoritik
a) Pemerolehan bahasa dan
pembelajaran bahasa
b) Pembelajaran bahasa
c) Metode pembelajaran
bahasa
d) Desain pembelajaran
e) Kemandirian belajar
6)
Metodologi penelitian
a) Tujuan penelitian
b) Deskritif latar
c) Metode penelitian
d) Instrumen penelitian
e) Sumber data
f) Teknik pengumpulan
Data
g) Teknik Analisi Data
h) Pemeriksaan ke absaan
Data
7)
Hasil Penelitian
a) Temuan umum
b) Temuan khusus
c) Faktor-faktor yang
mempengaruhi efektifitas pembelajaran bahasa Arab
d) Tema-tema budaya
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Penelitian etnografi adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, dimana
peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang alamiah untuk mempelajari dan menggambarkan pola budaya satu kelompok
tertentu dalam hal kepercayaan, bahasa, dan pandangan yang dianut bersama dalam
kelompok itu melalui observasi dan wawancara.
Penelitian etnografi jarang menggunakan prosedur linear. prosedur penelitian etnografi bersifat siklus, bukan bersifat urutan linear
dalam penelitian ilmu sosial. Prosedur siklus penelitian etnografi mencakup
enam langkah: (1) pemilihan suatu proyek etnografi, (2) pengajuan pertanyaan
etnografi, (3) pengumpulan data etnografi, (4) pembuatan suatu rekaman
etnografi, (5) analisis data etnografi, dan (6) penulisan sebuah etnografi.
Seorang
etnografer harus transparan dalam pengumpulan data, bertanggung jawab, dan
menjaga batasan terhadap sesuatu yang diteliti. Penelitian etnografi
menghasilkan pemahaman yang mendalam, tetapi perspektif pengkajian
kemungkinan dipengaruhi oleh kecenderungan budaya peneliti.
B. Kritik dan Saran
Alhamdulillah kami panjatkan sebagai
implementasi rasa syukur kami atas selesainya makalah Metodologi Penelitian
Pendidikan tentang Penelitian Etnografi ini. Namun, dengan selesainya bukan
berarti telah sempurna, karena kami sebagai manusia, sadar bahwa dalam diri
kami tersimpan berbagai sifat kekurangan dan ketidak sempurnaan yang tentunya
sangat mempengaruhi terhadap kinerja kami.
Oleh karena itu, saran serta kritik
yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami perlukan guna penyempurnaan
dalam tugas berikutnya dan dijadikan suatu pertimbangan dalam setiap langkah
sehingga kami terus termotivasi ke arah yang lebih baik dan semoga makalah kami
ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Emzir. 2015. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan
Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori: Teori
dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.
Jaswo dan Nur Hafid. 2013. Desain Penelitian Etnografi.
Kudus: http://pascasarjanastainkds.blogspot.co.id/2013/10/desain-penelitian-etnografi.html.
diakses pada tanggal 16 Maret 2016 pukul 13:21.
Masyhuri dan Zainuddin. 2008. Metodologi Penelitian: Pendekatan
Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama.
Maulana, Rizky. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya:
Penerbit Lima Bintang.
Noor, Juliansyah. 2011. Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis,
Disertasi dan Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana.
Sugiyono. 2013. Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis dan
Disertasi. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Komentar
Posting Komentar